Oleh: Savitry ‘Icha’ Khairunnisa
Kontrbutor Islampos di Norwegia
HAL apapun boleh kita omongkan, kita obrolkan, kita diskusikan. Itu salah satu hak paling dasar dan terjamin untuk manusia.
Yang perlu dipikirkan adalah, apa ada manfaat kebaikan yang bisa diambil dari omongan itu? Dan yang lebih penting lagi, apa kita punya ilmu yang mumpuni dalam hal tadi?
Bicara, hak paling hakiki, tapi jangan asal bunyi.
Bicara, apakah melalui ucapan atau tulisan, harus bisa dipertanggungjawabkan.
Bicara, jika berfaedah, bukan sekedar memamerkan kemampuan bersilat lidah.
Bicara, tak perlu berisik supaya asyik.
Bicara, jangan jadi tong yang hanya nyaring berbunyi tapi tak berisi.
Bicara, tak perlu kalau sekedar menunjukkan bahwa kita pintar. Itu namanya “keminter”, sejatine ora pinter mung sing penting kethok pinter.
Bicara, lebih hemat lebih baik. Bicara, jika hanya perlu dan baik saja. Bicara, jika tong kita sudah terisi selayaknya.
Kalau menurut kata mutiara versi bule: “Speak less and people will value your words”.
Orang yang bicaranya sedikit itu orang elegan. Omongannya dinantikan, didengarkan, terkadang dengan perasaan deg-degan… []