KETERBATASAN fisik yang dimiliki seorang mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) ini tak lantas membuatnya menyerah dalam meraih gelar Sarjana.
Dia adalah M. Ariek Dimas Santoso (22), mahasiswa Departemen Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) IPB.
Ariek merupakan anak pertama dari tiga bersaudara yang mengidap suatu gejala genetik yang disebut Muscular Distrophy.
Secara umum Muscular Distrophy merupakan suatu gejala menurunnya kemampuan otot rangka secara progresif.
Ariek terpaksa harus menggunakan kursi roda dalam melakukan mobilitas, termasuk selama mengikuti perkuliahannya.
Namun tepat hari Rabu (26/7/2017) Ariek patut berbangga hati, pasalnya, Ariek telah menyelesaikan masa perkuliahannya di IPB dan baru saja menjalani prosesi wisuda di Gedung Graha Widya (GGW) IPB, Dramaga, Kota Bogor.
Selama masa perkuliahannya, Ariek mengaku kerap mengalami kendala saat beraktivitas di kampusnya.
Misalnya saat hendak bergegas menuju ruang kelasnya yang berada di lantai dua.
Namun hal tersebut dapat diatasinya dengan bantuan teman-teman Ariek yang senantiasa membantunya.
“Sering banget dibantu teman untuk naik ke lantai atas, kursi rodanya diangkat sama teman-teman, tapi untungnya beberapa gedung di Fakultas ini tersedia lift, jadi mempermudah juga untuk naik ke lantai atas,” ungkapnya.
Ariek pun mengaku senang dan tak menyangka bisa melanjutkan pendidikannya hingga jenjang perkuliahan dan lulus tepat waktu.
Terlebih, dirinya sempat merasa down ketika mengetahui dirinya harus menggunakan kursi roda sejak kelas 5 SD.
“Awalnya malu, tapi ternyata teman-teman justru support saya, Alhamdulillah juga saat masuk SMP dan SMA teman-temannya baik,” ungkap Ariek.
Lebih jauh Ariek bercerita bahwa, ternyata dirinya sempat mengalami kesulitan mencari sekolah saat hendak pindah dari SMA lamanya di Bekasi.
“Pas kelas 2 SMA pindah ke Jakarta, agak sulit mendapatkan sekolah karena kondisi saya, malah sempat disarankan pihak sekolah yang saya tuju untuk melanjutkan sekolahnya di Sekolah Luar Biasa (SLB), tapi Alhamdulillah akhirnya dapat sekolah SMA juga,” katanya.
Ariek menambahkan bahwa keterbatasan fisik yang dimilikinya itu bukanlah sebuah hambatan dalam menjalani pendidikannya hingga lulus kuliah.
Namun hal itu justru membuat dirinya lebih termotivasi untuk bisa menyelesaikan pendidikannya demi menggapai cita-citanya.
“Kuncinya ya jangan jadikan keterbatasan fisik sebagai penghambat dalam menuntut ilmu, tapi jadikan sebagai motivasi tersendiri, harus tetap semangat, setelah lulus ini, saya akan mencoba untuk berwirausaha dulu,” tandasnya. []
Sumber: Tribunnews