AFRIKA–Puluhan Muslim Rohingya dilaporkan harus menunda keberangkatan ke Tanah Suci setelah kelompok biksu Myanmar menghalangi mereka dalam perjalanan menuju ibu kota negara bagian Rakhine, Akyab.
Kantor berita Arakan melaporkan sebanyak 13 Muslim Rohingya dari kota Maungdaw dan 8 orang dari kota Buthidaung mengambil rute selatan di kota Maungdaw dengan sebuah bus dalam perjalanan ke Akyab. Namun jamaah calhaj ini dikejutkan oleh sekelompok teroris Buddha yang tiba-tiba mengelilingi mobil mereka dan menghalangi jalan sert mencegah mereka meninggalkan kota.
Selama aksi penghadangan tersebut, militer Myanmar ikut turun tangan dan memerintahkan warga Muslim untuk kembali ke rumah mereka dengan mengatakan bahwa mereka tidak puas dengan izin haji yang telah diterima paracalhaj dari pemerintah.
Negara bagian Rakhine terjerumus ke dalam kekerasan baru Oktober 2016 ketika pasukan keamanan memulai operasi brutal terhadap Muslim Rohingya di mana tentara pemerintah melakukan pemerkosaan, pembunuhan, penyiksaan dan penjarahan di seluruh wilayah tersebut.
Pemimpin de facto negara tersebut, Aung San Suu Kyi, peraih anugerah hadiah Nobel perdamaian pada tahun 1991, dikritik keras oleh banyak pihak terkait sikap dan kebijakan pemerintah terhadap Muslim Rohingya.
Mereka menulis sebuah surat terbuka kepada Dewan Keamanan PBB yang memperingatkan sebuah tragedi “pembersihan etnis dan kejahatan terhadap kemanusiaan” di negara bagian Rakhine.[]