Oleh: Ustaz Felix Y Siauw
SAAT engkau diatas, akan ada orang yang memandangmu terkesima, ada pula yang iri menanari, keduanya buruk bagimu, tapi itu konsekuensi diatas yang lainnya.
Saat engkau diatas, akan ada yang menarikmu turun, akan ada juga yang merelakan tangannya untuk engkau naiki, terbiasalah, sebab itu yang harus engkau terima.
Kesalahanmu akan lebih mudah dikenali, lebih terlihat, seolah lebih dosa dari yang lain. Tapi tiap kebaikan juga akan mudah tersiar, inspirasi kebaikan bagi lainnya.
Jatuhmu akan lebih sakit, bunyinya lebih keras, dan hinaannya lebih membekas, tapi itu semua tanda bahwa engkau sedang berada diatas yang lainnya.
Tapi berada lebih diatas berarti mendapatkan apa yang tak didapatkan yang lain, pemandangan lebih luas, panorama lebih indah, lebih cahaya, lebih udara.
Naiklah lebih tinggi lagi dari yang lain, maka engkau akan merasa semakin kecil dirimu, semakin kecil manusia. Dan pada satu titik engkau akan mencapai kesimpulan.
Bahwa bukan karena manusia kita naik keatas, bukan sebab mereka kita memanjat, tapi sebab kita ingin lebih dekat dengan Allah, menggapai cinta-Nya.
Ingat, Allah tak menaikkan derajat sebab harta, tahta, atau dunia. Tapi Allah beri kenaikan derajat manusia tersebab ilmu, faqih dalam agama.
Sekarang engkau paham mengapa ada yang muda tapi tinggi derajatnya, ada pula yang tua tapi rendah derajatnya. Yang beda bukan usia tapi ilmunya.
Dan mereka yang naik sebab ilmunya, tak pedulikan caci maki yang bawah, sebab dia diatas untuk memberi bukan membalas caci, untuk berbagi bukan mengumbar maki. []