Oleh: Daud Farma
LUMRAH memang, bila urusan jodoh itu mulai mengganggu pikiran. Tiap jumpa teman yang sudah menikah duluan, seketika melihat pada diri sendiri lantas menanyakan: “aku kapan?”
Sebenarnya urusan jodoh tidaklah seserius itu menghantui hati dan perasaan, namun karena terlalu dipikirkan dan hasrat baperan berlebihan, kini jodoh mulai diperhatikan. Melihat mereka yang sudah duluan ke pelaminan, diri selalu diganggu dengan rasa ingin segera menemukan pasangan, ah jodoh memang suka bikin senyum sendirian, dan jodoh juga bisa membuat diri galau-galauan. Kenapa demikian?
Mungkin faktornya adalah karena diri hanya melihat pada teman seumuran yang duluan, bahkan hingga membandingkan dengan yang masih dibawah umur, yang masih suka keluyuran malah sudah melepas keremajaan, lalu mulailah diri dihangatkan dengan rasa ingin segera menghalalkan/dihalalkan. Duh, kenapa urusan jodoh sedemikian meresahkan?
Tapi kalau saja melihat semangat yang lebih tua, mereka berlomba-lomba mengumpulkan bekal untuk masa depan, semangat sekali menimba pendidikan. Jodoh tidak mampu mengalihkan pikiran mereka untuk segera menyusul memiliki pasangan. Wah, mereka luar biasa, Kawan. Mungkin karena mereka adalah lelaki, jadi tidak mesti terlalu buru-buru menikahi teman seumuran. Toh ia bisa memilih yang baru lulus dari ke-ABG-an. Tapi perempuan? Mau tidak mau memang harus disegerakan.
Umur ideal menikah adalah 20-an, lebih dari 30-an, maka itu adalah memprihatinkan. Jadi masih hal yang wajar bila lelaki masih nyantai di umur 20 sampai 30-an, malah terlihat asing bila sibuk menanyakan giliran pada usia dua belasan. Juga adalah hal yang wajar jika perempuan sudah sibuk memikirkan pasangan di umur 20-an dan sangat ganjil bila sudah memikirkannya pada usia 10 dan belasan dan adalah masih biasa saja alias wajar sih bila masih bisa nyaman di umur 24 tahun 5 bulan. Oh jodoh memang harus disegerakan bila sudah mengganggu diri dan tak mampu bertahan maupun mengendalikan, padahal sudah ada anjuran untuk berpuasa sunnah setidaknya dua kali dalam sepekan.
Tapi kalau memang sudah mampu memenuhi kebutuhan lahir dan batin ya silakan. Semoga Allah melimpahkan kebahagiaan. Teruslah mengasah kesabaran bagi kamu yang masih menanyakan giliran, perbanyak amal dan memperbaiki diri agar Tuhan segera mengabulkan. Semoga cepat menyusul duhai, Kawan!
Maaf, bila banyak diksi yang diulang berlebihan dan tak beraturan, karena memang aku terlalu memaksakan pada akhiran: an.
#semuanyapunyagiliran. []