SUATU hari, Rasululah Shalallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada Bilal bin Rabbah, “Sewaktu Aku bermi’raj ke Shidratul Muntaha, dalam perjalanan aku mendengar suara terompahmu di surga. Wahai Bilal, amalan apa yang engkau kerjakan sehingga engkau mendapat kemuliaan seperti itu?”
BACA JUGA: Adzan Terakhir Bilal
Sebelum masuk Islam, Bilal bin Rabbah hanyalah seorang budak hitam yang tidak ada harganya. Pada zaman dulu, jual-beli budak sudah menjadi tradisi. Untuk ukuran saatitu, diri Bilal tak lebih hanya seharga sebuah kursi kayu yang sangat murah.
Tidak ada seorang pun yang tertarik kepadanya, kecuali Umayyah, yang menjadi tuannya.
Ketika mendengar kabar tentang datangnya seorang Nabi yang membawa risalah Allah yang tidak membedakan golongan, suku bangsa, wama kulit, dan serta lainnya, Bilal bin Rabbah tergerak untuk memeluk agama baru itu. Diam-diam Bilal bin Rabbah menemui Rasulullah dan menyatakan keislamannya.
Mendengar berita ini, Umayyah marah lalu menyiksa Bilal bin Rabbah di tengah padang pasir yang sangat panas. Cambukkan, pukulan, dan batu besar yang menindih tubuhnya tak membuat imannya luntur.
“Ahad, ahad,” hanya itu yang diucapkan lisannya.
Kemudian datang pertolongan Allah melalui Abu Bakar, ditebuslah Bilal bin Rabbah walaupun dengan harga yang sangat tinggi. Bebaslah Bilal.
Dia mencurahkan hari-harinya untuk Allah bersama Rasulullah dan kaum Muslimin. Sejak dia memeluk Islam, tidak ada lagi perbedaan antara dirinya dengan sahabat-sahabat yang lain.
Dengan penuh tawadhu, Bilal bin Rabbah menjawab, “Hamba bukanlah apa-apa, ya, Rasulullah.”
Bilal bin Rabbah tak ingin menjadikan ibadahnya ria, namun akhirnya dia menjawab, “Saya hanya menjaga diri saya selalu dalam keadaan berwudhu. Jika saya batal, maka saya kembali berwudhu dan me-ngerjakan shalat sunah dua rakaat setelahnya.”
BACA JUGA: 12 Fakta Bilal bin Rabbah, Muadzin Rasulullah
Bahkan, sahabat Umar bin Khatab sangat menghormatinya. Dalam suatu majlis Rasulullah, Umar tidak berani menegakkan badannya ketika duduk di samping Bilal bin Rabbah.
“Bagaimana aku mau meninggikan diri di hadapannya, sementara Allah akannya dengan menjamin baginya Surga.”
Itulah Bilal bin Rabah. Seorang budak Habsy yang menjadi mulia bersama Islam. []
Sumber: Pahala itu mudah /Karya: Siti Nurhayati dkk/Penerbit: Republika/2005