NAMA beliau adalah Muhammad ibn Idris ibn al-‘Abbas ibn ‘Utsman ibn Syafi’ ibn as-Saib ibn ‘Ubaid ibn ‘Abdi Yazid ibn Hisyam ibn al-Muthallib ibn ‘Abdi Manaf ibn Qushay ibn Kilab ibn Murrah ibn Ka’b ibn Luay ibn Ghalib. Kunyah beliau adalah Abu ‘Abdillah. Nisbah beliau adalah al-Qurasyi (merujuk kepada suku beliau, suku Quraisy), al-Muthallibi (merujuk kepada kakek moyang beliau al-Muthallib), asy-Syafi’i (merujuk kepada kakek dari kakeknya beliau, Syafi’), al-Makki (merujuk kepada Makkah, kota tempat beliau tumbuh besar, sekaligus kampung halaman moyang beliau), al-Ghazzi (merujuk kepada Ghazza, kota tempat kelahiran beliau).
Nasab beliau bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pada ‘Abdu Manaf ibn Qushay.
Beliau mendapatkan gelar al-Imam, ‘Alimul ‘Ashr, Nashirul Hadits, dan Faqihul Millah, yang menunjukkan keutamaan dan keagungan pribadi serta ilmu yang beliau miliki.
BACA JUGA: Imam Asy-Syafi’i Lemah dalam Hadits?
Tahun dan Tempat Kelahiran Imam Asy-Syafi’i
Imam asy-Syafi’i berkata: “Saya dilahirkan di Ghazzah pada tahun 150, dan saya dibawa ke Makkah saat berusia 2 tahun.” Ar-Rabi’ ibn Sulaiman berkata, “asy-Syafi’i lahir pada hari yang sama dengan kematian Abu Hanifah.”
Imam asy-Syafi’i sudah yatim sejak kecil. Ayah beliau, Idris, wafat di usia yang masih muda. Ibu beliau lah yang membawa asy-Syafi’i kecil ke Makkah.
Nama-Nama Guru Imam Asy-Syafi’i
Di antara guru-guru Imam asy-Syafi’i adalah:
1. Di Makkah: Muslim ibn Khalid az-Zanji (mufti Makkah), Dawud ibn ‘Abdurrahman al-‘Aththar, Muhammad ibn ‘Ali ibn Syafi’ (sepupu dari al-‘Abbas kakek Imam asy-Syafi’i), Sufyan Ibn ‘Uyainah (seorang Imam besar dan Hafizh di zamannya), ‘Abdurrahman ibn Abi Bakr al-Mulaiki, Sa’id ibn Salim, dan Fudhail ibn ‘Iyadh.
2. Di Madinah: Malik ibn Anas (pendiri madzhab Malikiyah), Ibrahim ibn Muhammad ibn Abi Yahya, ‘Abdul ‘Aziz ad-Darawardi, ‘Aththaf ibn Khalid, Isma’il ibn Ja’far, dan Ibrahim ibn Sa’d.
3. Di Yaman: Mutharrif ibn Mazin (imam dan muhaddits) dan Hisyam ibn Yusuf al-Qadhi.
4. Di Baghdad: Muhammad ibn al-Hasan (Faqih Iraq), Isma’il ibn ‘Ulayyah, dan ‘Abdul Wahhab ats-Tsaqafi.
Nama-Nama Murid Imam Asy-Syafi’i
Di antara murid-murid Imam asy-Syafi’i adalah: al-Humaidi, Abu ‘Ubaid al-Qasim ibn Sallam, Ahmad ibn Hanbal (pendiri madzhab Hanabilah), Sulaiman ibn Dawud al-Hasyimi, Abu Ya’qub Yusuf al-Buwaithi, Abu Tsaur Ibrahim ibn Khalid al-Kalbi, Harmalah ibn Yahya, Abu Ibrahim Isma’il ibn Yahya al-Muzani, Ibrahim ibn al-Mundzir al-Hizami, Ishaq ibn Rahwaih, Ishaq ibn Buhlul, Rabi’ ibn Sulaiman al-Muradi, dan Rabi’ ibn Sulaiman al-Jizi.
Komitmen Imam Asy-Syafi’i Terhadap Sunnah
Ada banyak riwayat yang menunjukkan begitu komitmennya Imam asy-Syafi’i berpegang teguh pada Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Berikut di antaranya:
1. ‘Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal berkata, saya mendengar ayah saya berkata, bahwa asy-Syafi’i berkata, “Anda (Ahmad ibn Hanbal) lebih mengetahui khabar-khabar yang shahih dibanding saya. Jika ada khabar shahih, maka beritahulah saya, sehingga saya bisa mengikutinya, baik ia khabar dari orang Kufah, Bashrah, ataupun Syam.”
2. Harmalah berkata, asy-Syafi’i berkata, “Setiap yang saya katakan, jika terdapat hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang bertentangan dengan pendapatku, maka hadits shahih itu lebih utama (untuk diikuti), dan janganlah kalian bertaqlid kepadaku.”
3. Ar-Rabi’ berkata, saya mendengar asy-Syafi’i berkata, “Jika kalian menemukan dalam kitabku ada pendapat yang bertentangan dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka berkatalah sesuai sunnah tersebut, dan tinggalkanlah perkataanku.”
4. Ar-Rabi’ berkata, saya mendengar asy-Syafi’i berkata, setelah seorang laki-laki berkata kepada beliau, “Apakah Anda mengambil hadits ini wahai Abu ‘Abdillah (asy-Syafi’i)?”, beliau menjawab, “Kapanpun aku meriwayatkan sebuah hadits shahih dari Rasulullah, dan aku tidak mengambilnya, maka aku jadikan kalian sebagai saksi bahwa sesungguhnya akalku telah hilang.”
5. al-Humaidi berkata, pada suatu hari asy-Syafi’i meriwayatkan sebuah hadits, kemudian aku bertanya kepada beliau, ‘Apakah Anda mengambilnya?’, kemudian asy-Syafi’i menjawab, “Apakah engkau melihatku keluar dari gereja, atau memakai pakaian para pendeta, hingga engkau mendengar hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan aku tidak berpendapat mengikutnya.”
6. Ar-Rabi’ berkata, saya mendengar asy-Syafi’i berkata, “Langit mana yang akan menaungiku, dan bumi mana yang akan membawaku, jika aku meriwayatkan satu hadits dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, namun aku tidak berhujjah dengannya.”
7. Abu Tsaur berkata, saya mendengar asy-Syafi’i berkata, “Setiap ada hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka itu adalah pendapatku, meskipun kalian tak pernah mendengarnya dariku.”
Imam Asy-Syafi’i dan Keutamaan Ilmu
1. Ahmad ibn Ibrahim ath-Thaiy al-Aqtha’ berkata, al-Muzani menceritakan kepada kami bahwa ia mendengar asy-Syafi’i berkata, “Saya hafal Al-Qur’an saat usia tujuh tahun, dan hafal al-Muwaththa’ pada usia sepuluh tahun.”
2. Ar-Rabi’ berkata, asy-Syafi’i berkata kepadaku, “Jika bukan orang-orang yang faqih lagi mengamalkan ilmunya yang merupakan wali-wali Allah, maka Allah tidak memiliki wali.”
3. Asy-Syafi’i berkata, “Menuntut ilmu lebih utama dari shalat nafilah.”
4. Abu Tsaur berkata, saya mendengar asy-Syafi’i berkata, “Seharusnya seorang faqih meletakkan tanah di atas kepalanya karena tawadhu’ kepada Allah dan syukur kepada-Nya.”
BACA JUGA: Imam Asy-Syafi’i Menolak Pluralisme Agama
Pujian Ulama Terhadap Imam Asy-Syafi’i
Imam Asy-Syafi’i adalah permata di zamannya, banyak ulama yang memuji keutamaan beliau, di antaranya adalah:
1. Ibrahim ibn Abi Thalib al-Hafizh berkata, saya bertanya kepada Abu Qudamah as-Sarkhasi tentang asy-Syafi’i, Ahmad, Abu ‘Ubaid dan Ibn Rahwaih, kemudian beliau menjawab, “Asy-Syafi’i adalah yang paling faqih di antara mereka.”
2. Imam Ahmad berkata, “Sesungguhnya Allah ta’ala mendatangkan bagi umat manusia tiap permulaan seratus tahun seseorang yang mengajarkan sunnah kepada mereka dan menghilangkan kedustaan terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan kami memandang di permulaan tahun seratus adalah ‘Umar ibn ‘Abdul ‘Aziz dan permulaan tahun dua ratus adalah asy-Syafi’i.”
3. ‘Abdullah ibn Ahmad ibn Hanbal berkata, saya mendengar ayah saya berkata, “Seandainya bukan karena asy-Syafi’i, kami tidak akan mengenal fiqih hadits.”
4. Qutaibah ibn Sa’id berkata, “ats-Tsauri wafat dan matilah wara’, asy-Syafi’i wafat dan matilah sunnah, wafat Ahmad ibn Hanbal dan kemudian tersebarlah bid’ah.”
Wafatnya Imam Asy-Syafi’i
Imam asy-Syafi’i wafat pada akhir bulan Rajab tahun 204 H di Mesir. []
Rujukan:
Siyar A’laam an-Nubalaa karya Imam adz-Dzahabi (673-748 H)
Thabaqaat asy-Syaafi’iyyiin karya Imam Ibnu Katsir (700-774 H)
Thabaqaat al-Huffaazh karya Imam as-Suyuthi (849-911 H)
Facebook: Muhammad Abduh Negara