SALAH satu miqat atau tempat jamaah haji memulai ihram adalah di Bir Ali. Lokasi ini juga merupakan miqat bagi jamaah haji Indonesia.
Dalam rangkaian prosesi ibadah haji, setelah melewati batas miqat dengan niat berihram, maka seorang jamaah akan mulai terikat pada berbagai aturan ihram selama dia menunaikan ibadah haji atau umrah. Nah, ihram sendiri tidak bisa sembarang dilakukan di mana saja. Melainkan hanya di beberapa titik lokasi yang disebut sebagai miqat. Bir Ali tersebut, salah satunya.
Bagaimana asal usul tempat bernama Bir Ali tersebut?
Sami bin Abdullah al-Maghlout dalam Atlas Haji dan Umrah menjelaskan, Bir Ali dahulu dikenal sebagai Dzul Hulaifah, sebuah desa yang berjarak 6 atau 7 mil dari Kota Madinah. Dari sana, penduduk Madinah mengambil miqat untuk berhaji. Daerah ini merupakan sumber air bagi bani Jusham dan bani Khafajah dari Klan Uqail.
BACA JUGA:Â Mengenal Jenis-jenis Haji dan Miqat
Seiring dengan perkembangan zaman, Dzul Hulaifah dinamakan dengan Abyar Ali. Ada beberapa versi sejarah terkait darimana nama Abyar Ali berasal. Jika merujuk pada buku Atlas Haji dan Umrah, maka nama ini dinisbahkan pada Ali bin Dinar, seorang Sultan Darfur yang selama kurang lebih 20 tahun selalu mengirimkan kiswah Ka’bah ke Makkah al-Mukarramah dari Fasher, ibu kota Darfur.
Referensi lainnya yang ditulis oleh KH Ahmad Chodri Romli dalam Ensiklopedi Haji dan Umrah mengatakan, daerah ini disebut dengan Bir Ali karena masa lampau Sayyidina Ali Bin Abi Thalib pernah membuat galian beberapa sumur di kawasan ini.
Berdasarkan buku ini, Bir berasal dari istilah Bi’run yang bermakna sumur dan jamaknya Abyar.  Rasulullah ï·º pun menetapkan tempat ini sebagai Miqat Makani (tempat memulai ihram Haji atau umrah) bagi jamaah yang datang dari arah Madinah dan sekitarnya. Di tempat ini, dibangun sebuah masjid yang relatif besar diberi nama Masjid Asy-syajarah (masjid pohon).
Di masjid tersebut miqat dilakukan oleh jamaah haji.
Masjid Asy-Syajarah atau Masjid Bir Ali
Lokasi masjid tempat mengambil Miqat ini agak turun ke bawah, menuju lembah yang menghijau. Di belakangnya sebuah bukit berbatu cadas menjadi pemandangan lain yang juga menakjubkan mata. Dahulu di jaman Rasulullah ï·º, lembah itu disebut Lembah Aqiq.
Bangunan Masjid Bir Ali seperti bangunan kotak, sang arsitek Abdul Wahid El Wakil terinspirasi oleh bentuk rumah masyarakat di sekitar lembah ini dalam rancangannya.
Masjid ini juga dikenal dengan sebutan Masjid Syajarah (yang berarti pohon), karena masjid yang cantik ini dibangun di tempat di mana Nabi Muhammad ﷺ pernah berteduh di bawah sebuah pohon (sejenis akasia). Kemudian, beberapa orang mungkin juga menyebut masjid ini dengan sebutan Masjid Dzul Hulaifah, karena letaknya berada di Distrik Dzul Hulaifah.
Jarak dari Masjid Bir Ali ke Kota Makkah sebenarnya masih cukup jauh. Perlu waktu 4 sampai 6 jam naik bus untuk tiba di Makkah karena jaraknya masih lebih kurang 450 km.
BACA JUGA:Â 5 Miqat Sesuai Riwayat Hadis
Sebagaimana disyariatkan, ada 3 hal yang harus diamalkan saat mengambil miqat, termasuk miqat di Bir Ali ini, yaitu:
(1) mandi sunnat ihram dan memakai pakaian ihram;
(2) shalat sunnat ihram 2 rakaat;
(3) berniat ihram serta bertalbiyah;
Maka, masjid cantik ini dilengkapi dengan 512 toilet dan 566 kamar mandi. Beberapa di antaranya dikhususkan untuk peziarah yang memiliki kekurangan fisik (difable). Seluruh bagian masjid mulai dari daun pintu, karpet, hingga toilet dan kamar mandi berbau wangi. Ada banyak petugas kebersihan di sini.
Menurut sejarahnya, Masjid Bir Ali mengalami beberapa kali renovasi. Dimulai pada masa pemerintahan Gubernur Madinah Umar bin Abdul Aziz (87 – 93 Hijriyah), kemudian oleh Zaini Zainuddin Al Istidar pada tahun 861 Hijriyah (1456 Masehi), lalu pada jaman Dinasti Usmaniah dari Turki dengan dibantu seorang muslim dari India pada tahun 1090 Hijriyah (1679 Masehi), hingga terakhir oleh Raja Abdul Aziz yang memerintah Kerajaan Saudi Arabia dari tahun (1981 sampai 2005 M).
Masjid yang semula kecil dan sederhana kini menjelma menjadi bangunan indah. Keseluruhan areal masjid luasnya sekitar 9.000 meter persegi yang terdiri dari 26.000 meter persegi bangunan masjid, dan 34.000 taman, lapangan parkir, dan paviliun. []