AKU paham kenapa First Travel kayak gitu. Ya faktor utama adalah hawa nafsu sang owner. Terlalu mudahnya untuk mndapatkan omzet milyaran tanpa pengalaman sebelumnya dan kulihat tidak adanya orang-orang yang mendukung disekeliling mereka. Dan yang utama, mereka lebih mengutamakan kepentingan pribadi daripada kepentingan orang banyak.
Aku sendiri bukan orang bisnis, aku bukan bisnis woman tapi aku lover woman. Aku menjalankan semua usahaku dengan cinta. Hal yang pertamakali aku sisihkan dalam pendapatan adalah; gaji karyawan dulu, lalu operasional untuk kebutuhan orang banyak lalu hutang usaha, setelah itu baru kesejahteraan dan lain-lain.
Setelah itu zakat dan infaq, perbaikan fasilitas dan kesejahteraan (sebutlah customer) terakhir sekali baru gaji owner dan lain-lain. Kadang gaji atau kebutuhan pribadi owner terakhir, dan memang yang namanya bisnis dengan customer banyak kayak FT gitu, omzetnya banyak banget – jumlahnya fantastis (hitung saja sekian ribu di kali sekian juta rupiah) pastilah banyak banget.
Tapi, ingat itu cuma omzet, omzet itu pendapatan usaha bukan keuntungan usaha. Hal inilah yang selalu jadi jebakan bagi pengusaham merasa uang banyak, padahal dalam omzet itu terdapat seluruh pengeluaran, bisa-bisa untungnya malah gak ada.
Aku dah lama mengenal “manajement pasrah” aku ini bukan owner, aku cuma kasir, ada uang masuk banyak, uang beneran bergelimpangan dalam rekening, tapi itu bukan uangku. Uang yang harus dibagikan lagi ke sana dan ke sini buat bayar ini dan itu, uang itu cuma numpang lewat di mejaku (cuma say hellow) dan gak pernah aku miliki, sampai kapanpun karena amanah, karena aku cinta.
Aku khawatir kalau hutang gak terbayar, gaji karyawan 425 orang gak terbayar, proses pembelajaran gak berlangsung nyaman, bahkan risau setengah mati kalau hujan turun khawatir kelas anak-anak kebanjiran. Dan bener ketika pagi hari tiba, sms masuk minta uang ini itu untuk perbaiki ini itu dan bayar ini itu. Aku gak ngeluh, keluarkan aja semua, lah uang itu bukan milikku. Aku cuma kasir jadi aku gak berani make uang dan foya-foya berlebihan dengan uang omzet.
Hal lain yang utama dalam berbisnis adalah zakat dan infaq. Aku hampir gak pernah nolak infaq pada orang yang paling menderita di dunia, yang paling terdzholimi, yaitu Syria dan Palestina, kenapa? Mereka negara aja gak punya? Pendapatan gak punya, donasi aja di halangin, kerjaan gak ada? Mau makan apa? Aku berani nantang bahaya karena cinta. Biarin deh mau dibilang apa kek, aku gak peduli. Tapi infaq itu ampuh, infaq gak akan bikin bisnis kita terjatuh.
Kemudian berikutnya infaq buat orang miskin dan yatim di Indonesia. Infaq membuat hati kita lembut dan mau beli tas mahal jadi gak jadi, ingat harga tas sekian bisa untuk makan ratusan pengungsi Aceh. Aku bukan orang baik yang kayak di film-film gitu, tapi aku punya pikiran dan punya hati.
Jadi kalau mau buka bisnis, cukup punya pikiran dan punya hati maka kita In shaa Allah gak akan mendzholimi siapapun. Meski kurang-kurang pasti ada ya, harus terus diperbaiki dan siap untuk menderita.
Ketiga adalah pikirkan semua risiko, kalau ambil langkah ini maka resikonya apa. Kalau ambil langkah begitu resikonya apa (makanya mesti ada mind map). Kita juga harus berfikir sampai ujung kemungkinan terbaik dan kemungkinan terburuk, dan kita juga menjaga “jaring-jaring resiko” dan siap dengan kemungkinan terburuk sekalipun.
Biasanya yang dilakukan pebisnis adalah hanya mikirkan untung sekian dan sekian dan selalu optimis. Tidak atau lupa berfikir kalau rugi gimana dan kalau jatuh gimana, sehingga hidup dalam mimpi dan tersentak ketika sadar, “Wah, kita rugii besar.”
Juga aku gak berani ambil investor, khawatir langkah langkahku dipengaruhi orang lain dan keputusanku di intervensi. Selain itu takut juga kasih sayangku terhenti, karena gak semua orang punya cinta yang sama.
Kenapa aku bilang cinta? Cinta itu penting dalam berbisnis, dengan cinta kita memberi banyak dan gak takut rugi. Cinta is service, cinta is givingm cinta is sacrifice, dan aku ingat ayat favoritku “in ahsantum ahsantum lii angfusikum “(berbuat baiklah, maka kebaikan itu akan kembali pada dirimu).
Aku faham kenapa First Travel kayak begitu, jujur aku gak mau menghujatm aku malah kasihan. Tapi ini pelajaran buat siapapun yang berbisnis, jangan tertipu dengan besarnya uang masuk, itu bukan uang kita. Jangan ambil uang omzet untuk kebutuhan pribadi, dan tunaikan kewajiban dahulu baru ambil untuk kebutuhn pribadi, itupun juga jangan banyak-banyak. Dan yang paling utama jangan terlalu berani invest ini itu dengan uang pendapatan. Investasi yang menguntungkan kalau kita ngerjain semua proyek sendiri bukan dikasih orang.
Ya gitu deh, sebagai sesama saudara seiman, aku do’akan FT segera bisa menunaikan semua kewajiban. Feelingku sih mereka gak niat nipu, mereka salah langkah dan terlalu berani.
#Berita di D ***k terlalu brlebihan, diexpose terus jalan-jalannya Owner FT. ” Hai bro, jalan-jalan itu gak sebrapa, gak sampai M M an…”
Bisnis itu perlu teman atau staff yang beriman dan baik yang saling mendukung dan mencintai, tapi semua itu harus dimulai dari kita dulu. []
Fifi P jubilea adalah Founder and Conceptor Jakarta Islamic School dan Jakarta Boys Boarding School
Website:
http://www.jakartaislamicschool.com/principal-article
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jisc.jibbs
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter:
https://twitter.com/JIScnJIBBs