JARANG-jarang saya blok orang. Tapi tiga pekan lalu, saya melakukannya. Jadi, satu hari Ahad, ada temen yang pengen silaturahim ke rumah. Karena luang, ya silakan. Datanglah beliau dengan seorang anaknya.
Sejak awal dia datang, perasaan ga enak amat. Nggak tau kenapa.
Lima menit pertama, semua perbincangan melulu tentang dia semua.
Tak ada pertanyaan bagaimana kabar saya dan istri. Padahal, waktu itu, itu hari kedua saya jatuh dan ga bisa jalan.
30 menit berikutnya, tak ada satupun pertanyaan tentang siapa anak-anak saya dan ngapain atau dimana mereka. Padahal, orang ini terakhir ketemu 10 tahun yang lalu ketika kami masih tinggal di rumah kontrakan.
1 jam setelahnya, benar-benar tak ada pertanyaan apapun, ataupun kesempatan bagi kami untuk bercerita bagaimana-bagaimana kami. Mungkin 2 jam dia di rumah kami, dan BENAR-BENAR dia tidak bertanya SEKALIPUN kepada kami.
Setelah dia pulang, saya merenung: kok bener ada ya manusia macam begini? Kok bisa ya saya ketemu dia hari itu? Apa asyiknya pertemuan itu buat dia? Apa manfaatnya buat saya dan istri saya? Kalau buat saya, nggak apalah, secara saya yang kenal dia. Tapi buat istri saya? Seketika saya merasa berdosa, karena membiarkan dia ketemu sama orang itu dan membiarkannya menceritakan secara brutal dan membabi buta tentang dirinya.
BACA JUGA:Â Manusia dan Ujian
Denger cerita orang lain itu menarik. Kita bisa ambil ibrah. Tapi jika demikian adanya, hanya satu arah saja, ini tentang value diri kita. Seseorang, bisa jadi ajeg, bukan hanya karena berbagai penderitaan hidup yang dialami, tapi karena orang-orang sekitar kita juga. Bagaimana sambungan sosial dengan orang lain; ketemu orang di masjid, di sekolah, di tempat kerja; Anda exchange things, exchange life.
Saya dan istri perlu secara khusus mendialogkan orang ini. Istri saya mengambil kesimpulan, orang itu bermasalah dengan sirkel pertemanan yang toksik. Saya lebih ekstrem: blok, blok, blok di Facebook, Instagram, dan WhatsApp. Kejam kali ya? Iya kali. Tapi sungguh, saya merasa jadi orang yang tidak bermanfaat apapun buat dia. Period. []