CINA– Sebuah dokumen Excel sebanyak 137 halaman menguraikan informasi bahwa pihak berwenang Cina di Kabupaten Karakax (juga dieja Qaraqash) di barat daya Xinjiang telah mengumpulkan identitas warganya. Ini termasuk nama dan nomor identifikasi pemerintah lebih dari 300 orang yang ditahan di kamp-kamp indoktrinasi dan informasi tentang ratusan kerabat dan tetangga mereka. Bahkan anak-anak usia 16 tahun dipantau dengan ketat jika memperlihatkan tanda-tanda yang dianggap Beijing sebagai pemikiran yang tidak diterima.
Dokumen yang menunjukkan bagaimana pemerintah Cina melakukan pengawasan, larangan keagamaan, hingga penahanan terhadap etnis Uighur di Xinjiang itu bocor. Dokumen tersebut dibagikan organisasi media, termasuk CNN dan New York Times. New York Times dan CNN menerbitkan laporan tentang dokumen itu pada 17 Februari 2020.
Ini adalah kebocoran dokumen pemerintah Cina yang ketiga kalinya dalam beberapa bulan. Ketiganya melukiskan gambaran yang semakin mengkhawatirkan tentang apa yang tampaknya menjadi kampanye strategis Beijing untuk melucuti mayoritas Muslim Uighur dari identitas budaya dan agama mereka, dan menekan perilaku yang dianggap tidak patriotik.
BACA JUGA:Â The Xinjiang Paper Ungkap Pidato Xi Jinping, Diduga Cikal Bakal Penahanan Muslim di Cina
CNN hanya dapat memverifikasi secara independen beberapa catatan yang terkandung dalam dokumen. Tetapi tim ahli, yang dipimpin oleh Adrian Zenz, peneliti senior dalam studi Cina di Victims of Communism Memorial Foundation di Washington DC, mengatakan mereka yakin itu adalah dokumen pemerintah Cina yang otentik.
Zenz menunjuk ke penggunaan terminologi dan bahasa yang serupa dalam dokumen ini, yang ia sebut sebagai Daftar Karakax, dan catatan-catatan lain bocor dari Xinjiang. Dia mengatakan catatan menunjukkan bahwa Beijing menahan warga Uyghur karena tindakan yang dalam banyak kasus tidak “mirip kejahatan”.
Menurut New York Times, dokumen itu, salah satu dari banyak file yang disimpan pada lebih dari satu juta orang yang telah ditahan di kamp, menunjukkan berbagai perilaku yang oleh pihak berwenang dianggap bermasalah yang akan menjadi normal di tempat lain, seperti berhenti minum alkohol, ingin melanjutkan ziarah agama atau menghadiri pemakaman.
Selain itu, dokumen pemerintah Cina yang diverifikasi oleh tim ahli, menunjukkan orang-orang dapat dikirim ke fasilitas penahanan hanya karena mengenakan jilbab atau menumbuhkan jenggot panjang.
CNN mengirim salinan dokumen itu ke Kementerian Luar Negeri Cina dan pemerintah daerah di Xinjiang, untuk melihat apakah mereka dapat memverifikasi keasliannya. Namun, tidak ada jawaban.
Dikutip dari New York Times, Zenz mengatakan dia yakin dokumen itu sah karena sejumlah alasan. Dia mengaku telah mencocokkan identitas 337 tahanan yang terdaftar, kerabat dan tetangga dengan dokumen pemerintah lainnya, spreadsheet, dan database yang bocor dari SenseNets, sebuah perusahaan pengawasan Cina, yang mencakup koordinat GPS bersama dengan nama, nomor identifikasi, alamat dan foto.
Dia juga mengatakan bahwa dia telah menemukan tiga situs interniran yang tercantum dalam dokumen berdasarkan pada kamp yang diidentifikasi sebelumnya, dan bahwa bahasa yang digunakan dalam spreadsheet mencerminkan dari dokumen resmi di tempat lain di Xinjiang.
BACA JUGA:Â Pesan Menlu Turki kepada Cina: Jangan Cap Semua Orang Uighur sebagai Teroris
Pemerintah Cina mengatakan bahwa kebijakannya di Xinjiang dimaksudkan untuk mengekang terorisme dan separatisme, dan bahwa kamp-kamp tersebut memberikan instruksi dalam bahasa Cina dan keterampilan lain kepada orang-orang yang mungkin rentan terhadap ide-ide ekstremis. Namun spreadsheet Karakax menunjukkan bagaimana para pejabat memantau detail kehidupan sehari-hari untuk menemukan target penahanan ketika Chen Quanguo, bos Partai Komunis di Xinjiang, memerintahkan para pejabat untuk mengumpulkan semua orang yang harus ditangkap.
Dalam dokumen bocor tersebut diketahui, pihak berwenang meneliti tiga generasi dari masing-masing keluarga tahanan, serta tetangga dan teman mereka. Pejabat yang berwenang mengawasi masjid melaporkan tentang seberapa aktif warga berpartisipasi dalam upacara, termasuk penamaan anak-anak, sunat, pernikahan dan pemakaman.
Dokumen yang bocor itu tampaknya merupakan kompilasi dari 667 catatan warga Uighur yang ditahan, yang semuanya tinggal di lingkungan kecil wilayah Karakax, juga dikenal sebagai Moyu, di barat daya Xinjiang. Sejumlah 667 catatan tampaknya merupakan duplikat, tetapi secara total mereka mewakili 311 orang yang dikirim ke pusat-pusat penahanan.
Angka populasi dari tahun 2015 menunjukkan Karakax adalah rumah bagi lebih dari 560.000 orang, 97,6% di antaranya adalah etnis Uighur. []
SUMBER: CNN | NEW YORK TIMES