KELEBIHAN manusia dibandingkan makhluk lainnya ialah diberikan akal. Namun tak sedikit manusia yang ternyata kurang memanfaatkan akalnya, padahal ini salah satu pembeda antara manusia dengan binatang.
Dikisahkan ada seekor kerbau yang setiap pagi dibawa oleh seorang anak penggembala yang masih kecil menuju sawah yang akan dibajak. Jika tidak ada pekerjaan, kerbau itu oleh penggembalanya dibawa ke daerah yang banyak rumputnya. Kemana pun kerbau itu dibawa selalu saja nurut kepada majikannya yang seorang anak kecil.
Suatu saat, saat si kerbau sedang sendirian, ada seekor harimau menghampiri kerbau itu. Si harimau berkata kepada kerbau,
BACA JUGA: Inilah Ilmuwan Muslim Penemu Cikal Bakal Wastafel Modern
“Hey kerbau, saya sudah beberapa hari mengamati kamu. Kamu selalu nurut saja dibawa-bawa atau disuruh-suruh oleh majikan kecilmu. Manusia majikanmu itu sangat kecil dibanding kamu, kenapa tidak kamu tubruk saja, pasti dia terpental jauh atau mati. Kamu jadi bebas seperti saya, bebas kemana pun saya mau.”
“Saya takut kepada anak kecil itu”, jawab si kerbau.
“Ha ha ha, dasar bodoh kamu. Masa badan kamu yang besar takut kepada anak kecil?” ejek si harimau sambil menertawakan.
“Kamu juga akan takut jika kamu mengetahui kelebihan manusia.” kata si kerbau menjelaskan.
“Apa sih kelebihan manusia itu, kok bisa membuat kamu takut?” tanya si harimau penasaran.
Tidak lama kemudian, anak penggembala tersebut datang. Langsung saja si harimau menyapanya.
“Hey anak manusia! Kata si kerbau kamu mempunyai kelebihan yang membuat dia takut. Apa itu?”
Anak pengembala itu menjawab, “Saya sebagai manusia diberikan kelebihan oleh Pencipta, yaitu berupa akal yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya.”
“Apa itu akal? Boleh saya melihat akal kamu? Jika kamu tidak menunjukkan, saya akan memakan kamu.” tanya harimau sambil mengancam.
“Wah saya tidak bisa memperlihatkannya, karena akal saya tertinggal di rumah,” jawab si pengembala dengan tenangnya.
“Kalau begitu kamu ambil dulu.” kata si harimau dengan nada mendesak.
“Saya bisa saja mengambilnya, tetapi percuma. Kamu akan lari,” jawab pengembala tidak mau kalah.
“Saya janji, saya tidak akan lari,” kata harimau dengan percaya diri.
“Sekarang kamu berkata demikian, setelah melihat saya membawa akal, kamu pasti lari. Bagaimana kalau kamu saya ikat? Supaya kamu tidak lari nanti.” tantang si anak gembala.
“Setuju” jawab harimau.
Kemudian si anak penggembala tersebut mengikat harimau tersebut di sebuah pohon. Bukan saja tidak bisa lari, tetapi sampai tidak bisa bergerak leluasa. Setelah mengikat si anak pun pergi.
Kerbau yang mengamati dari tadi tertawa, melihat nasib harimau.
“Sekarang kamu bisa apa?” tanya si kerbau. Harimau tidak bisa menjawab, dia panik dan ingin melepaskan diri tetapi tidak bisa.
“Itulah akal manusia, he he” kata si kerbau sambil pergi mengikuti majikannya.
***
Jika si pengembala melawan sang harimau dengan tenaga untuk bertarung, kemungkinan besar akan kalah. Jika si anak kecil itu berkali hanya dengan fisik tanpa menggunakan akal, artinya dia menyamakan dirinya dengan harimau.
Kita punya akal, maka gunakanlah. Jangan salah, banyak orang yang secara tidak sadar lebih menggunakan emosi dan hawa nafsu daripada akalnya. Sementara, emosi dan hawa nafsu cendrung pada kesenangan semata, bukan mana yang baik dan benar.
Jika saja, kita lebih banyak menggunakan akal kita dibandingkan saat ini, kita akan jauh lebih baik. Sayangnya banyak yang masih tidak bisa membedakan mana akal mana emosi.
Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah mulai menyadari bahwa ada pengaruh emosi dan hawa nafsu saat kita sedang merasa berpikir. Ya dikatakan “merasa berpikir” karena banyak yang seperti itu. Dikiranya sudah berpikir, tetapi hanya baru sampai merasa berpikir.
Emosi dan hawa nafsu bukan hanya marah. Ya, marah memang salah satu yang melumpuhkan aqal, tetapi masih ada emosi dan hawa nafsu lainnya. Di antaranya ego, kesombongan, rendah diri, khawatir, takut, dan sebagainya. Itu semua bisa menurunkan kemampuan akal kita.
Saat kita memikirkan sesuatu atau mengambil keputusan tertentu, renungkan sampai pikiran paling dalam, apakah pemikiran itu hasil dari logika atau hasil dorongan emosi dan hawa nafsu. Perlu ketenangan dan kejujuran untuk menemukan hal ini.
Masuk ke langkah kedua, yaitu muhasabah. Lakukan muhasabah atau perhitungan diri sesering mungkin, selain menghitung dosa dan amal, renungkan juga apakah apa yang Anda pikirkan itu hasil dari hawa nafsu atau aqal.
Lakukan dua hal ini, maka insyaAllah fungsi akal akan kembali hidup dan tidak dikalahkan oleh emosi dan hawa nafsu. Karena akal salah satu kelebihan kita sebagai manusia, jangan sampai kita tidak memanfaatkannya karena terkubur emosi dan hawa nafsu. []
SUMBER: MOTIVASI-ISLAMI