Oleh: Ansefast
PADA setiap langkah pijak kaki seorang manusia, tugas utama ia diciptakan ada 2. Beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah di bumi. Menjadi khalifah di bumi dan beribadah kepada Allah adalah bentuk profesionalitas kita sebagai seorang hamba.
Hamba yang profesional, idealnya tak peduli sedang dalam keadaan lelah, sakit, senang ataupun sedih, tetap beribadah dengan Allah dengan kadar yang tak pernah berkurang secara kuantitas ataupun kualitas. Hamba yang profesional, idealnya juga melakukan segenap amanah dan aktivitas dakwahnya selalu dalam kondisi terbaik. Dan hamba yang profesional, idealnya tak sering memaklumi segala kekurangan diri ketika futur. Justru semakin menambah amalan lain agar segera bersemangat dan terbebas dari kefuturan.
Aktivitas dakwah yang begitu padat, berat, dan melelahkan, tak jarang membuat para kader dakwah merasa ingin berhenti atau menghilang sejenak. Jika antum merasa sudah mulai timbul gejala ini dalam perjalanan dakwah, segera perbanyak istighfar, manajemen ulang semua urusan, dan semakin mendekatlah pada Allah
Boleh saja kita menepi, berhenti, atau menghilang sejenak dari dakwah. Tapi ingat lagi, sudah sekuat apa diri kita tanpa dakwah dan jamaah ini sampai se-berani itu mengikrarkan diri mundur dari dakwah? Sedangkan setiap detik, jutaan setan tengah mengincar kita, terlebih yang sendirian!
Allah menyukai letihnya orang-orang yang memperjuangkan agama-Nya, yang bergerak atas nama cinta kepada-Nya, yang paling banyak manfaatnya untuk semesta. Bukan mereka yang berdiam diri, berleha-leha, ataupun hanya menonton dari tepian tanpa berani ikut serta turun dalam medan dakwah.
Dalam QS. Al-Maidah (5) ayat 20-26 dikisahkan bahwa :
“Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Hai kaumku, ingatlah nikmat Allah atasmu, ketika Dia mengangkat nabi-nabi di antaramu, dan dijadikan-Nya kamu orang-orang merdeka dan diberikan-Nya kepadamu apa yang belum pernah diberikan-Nya kepada seorangpun di antara umat-umat yang lain”.
“Hai, kaumku, masuklah ke tanah suci (Palestina) yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari ke belakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang merugi”.
“Mereka berkata: “Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan memasukinya sebelum mereka keluar dari negri itu. Jika mereka keluar dari negeri itu, pasti kami akan memasukinya”.
“Berkatalah dua orang di antara orang-orang yang takut (kepada Allah) yang Allah telah memberi nikmat atas keduanya: “Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman”.
“Mereka berkata: “Hai Musa kami sekali-kali tidak akan memasukinya selama-lamanya selagi mereka ada di dalamnya, karena itu pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhnya kami hanya duduk menanti di sini saja”.
“Berkata Musa: “Ya Rabbku, aku tidak menguasai kecuali diriku sendiri dan saudaraku. Sebab itu pisahkanlah antara kami dengan orang-orang yang fasiq itu”.
“Allah berfirman: “(Jika demikian), maka sesungguhnya negri itu diharamkan atas mereka selama empat puluh tahun, (selama itu) mereka akan berputar-putar kebingungan di bumi (padang Tiih) itu. Maka janganlah kamu bersedih hati (memikirkan nasib) orang-orang yang fasiq itu”.
Dari kisah Nabi Musa, kita bisa menghimpun banyak hikmah.
Bahwa kaumnya pun pernah menyuruhnya pergi sendiri bersama Rabb-Nya, dan mereka tak mau turut serta bersama Nabi Musa. Dan bagi Allah, bukanlah Allah atau Nabi Musa yang merugi, tapi orang-orang itu sendiri.
Dakwah bukanlah hal yang ringan dan mudah. Tidak pula dijanjikan banyak pengikutnya. Dan jelas bukan tanpa halangan dan ujian. Tapi Allah menjanjikan surga, dan pertolongan bagi mereka yang tetap teguh dalam jalan dakwah. Jika sejak dulu Rasulullah sudah berpikir untuk berhenti atau menghilang dari dakwah, tak akan pernah sampai Islam kepada kita hari ini.
Untukmu yang sedang riuh dengan segala macam badai yang menempa seputar segenap amanahmu, bertahanlah. Sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. Periksa lagi tilawahmu, kualitas sholatmu, atau hubunganmu dengan keluargamu. Periksa lagi niatmu, sudahkah lurus hanya berharap ridho-Nya? Atau masih berharap segala bentuk apresiasi berbau dunia?
Boleh saja kita mengambil jeda sejenak, tapi pastikan di setiap jeda yang kita ambil, kita semakin dekat pada-Nya, menjadi sebaik-baik hamba yang profesional, dan segera kembali berkontribusi untuk dakwah dengan energi yang berkali lipat lebih kuat dari sebelumnya.
Jika bersama dakwah saja kau serapuh itu, bagaimana jika seorang diri? (Ust. Rahmat Abdullah)
Bismillah, kembali luruskan niat. Istighfari, dan tata ulang segenap rencana ke depan. Bukan hanya antum yang punya banyak masalah, yang ujiannya lebih berat. Maka bertahanlah. Sebab Allah tak akan memberikan surga dengan harga yang murah. []