SELAMA ini ada anggapan bahwa ketika makan tidak diperbolehkan bicara apalagi mengobrol. Bagaimana pandangan Islam terkait hal itu?
Fatwa Syaikh Abdul Aziiz Abdullah Bin Baz rahimahullah seperti dikutip dari binbaz.org, disebutkan bahwa tidak masalah bicara saat makan. Nabi shallallahu’alaihi wasallam juga berbicara saat makan dan memberi nasehat manusia saat makan. Beliau juga berbincang-bincang bersama sahabat ketika makan. Tidak mengapa hal ini dilakukan.
Demikian juga dengan fatwa Syaikh Shalih Al Munajjid hafidzahullah. Tidak ada dalil dari sunnah Nabawiyyah yang melarang berbicara sewaktu makan.
Adapun rumor yang beredar yang di ucapan sebagian orang bahwa tidak boleh salam dan berbicara ketika makan, sama sekali tidak memiliki landasan syariat. Bahkan sebaliknya, terdapat hadis shahih dari Nabi shallallahu’alaihi wasallam yang diriwayatkan dari Abu Hurairah ra.:
“Suatu hari dihidangkan beberapa daging untuk Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Lalu ditawarkan kepada beliau kaki depan (hewan), bagian yang beliau suka. Beliaupun menggigitnya dengan satu gigitan kemudian bersabda, ‘Sesungguhnya aku adalah penghulu seluruh manusia di hari kiamat kelak. Tidakkah kalian tahu mengapa demikian?’ Kemudian beliau menyebutkan hadis yang panjang tentang syafa’at. “ (HR. Bukhari No. 3340 dan Muslim194)
Selain itu, ada hadis yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anu:
“Bahwasanya Nabi shallallahu’alaihi wasallam meminta bumbu kepada istrinya. Mereka menjawab, ‘Kami tidak memiliki apa-apa kecuali cuka.’ Beliaupun memintanya kemudian beliau makan degannya sambil bersabda, ‘Sebaik-baik bumbu adalah cuka, sebaik-baik bumbu adalah cuka.” (HR. Muslim No. 2052)
Menurut An Nawawi dalam hadis ini terdapat anjuran berbicara ketika makan untuk beramah tamah dengan hadirin yang sedang makan. (Syarh Shahih Muslim, 14/7)
Ramah tamah dengan orang lain yang sedang makan, sebagaimana yang disebutkan Imam Nawawi diatas adalah suatu perkara yang umum dilakukan oleh orang Arab. Karena bagian dari kemurahan hati dan rasa hormat adalah dengan berbincang-bincang bersama mereka sambil menyantap hidangan, terlebih bila mereka adalah tamu.
Ibnul Qayyim pun mengungkapkan hal senada. Ia berkata, “Beliau shallallahu’alaihi wasallam berbicara saat makan sebagaimana hadis cuka diatas, juga disaat beliau berkata kepada anak tiri beliau Umar bin Abu Salamah yang saat itu tengah makan bersama-sama beliau, ‘Bacalah basamalah dan makanlah dari yang terdekat.” (Zadul Ma’aad, 2/366)
Hadis-hadis diatas menunjukkan bolehnya berbicara disaat makan. Dari hadis-hadis tentang masalah ini tidak ada satupun riwayat shahih yang menunjukkan adanya perintah dan larangan berbicara ketika makan (hukumnya sebatas boleh-pen).
Al hafidz Asy Syakhawi memberikan keterangan perihal ini.
“Aku tidak mengetahui satupun hadis yang melarang tidak juga memerintahkan bicara ketika makan,” ungkapnya. (Al Maqaasidul Hasana, hal. 510)
Syaikh Al Albani rahimahullah berkata, “Bicara ketika makan sama halnya bicara diluar makan. Jika peembicaraannya itu baik maka baik. Jika pembicaraannya itu jelek maka tercela.
Pembicaraan ketika makan adalah pembicaraan yang baik, untuk menghormati tamu, ramah tamah agar susana cair. Adapun pembicaraan membutuhkan konsentrasi pikiran yang tinggi hendaknya tidak dilakukan ketika makan. Sebagaimana hal ini pernah dinasehatkan Syaikh Muhammad Al Amiin Asy Syinqithi dimana beliau tidak suka diajukan pertanyaan dan permasalahan lain yang berkaitan dengan masalah ilmu saat beliau makan. Beliau berkata, “Bukan waktunya bicara tentang hal ini.”
Jadi, pada dasarnya tidak ada larangan syar’i tentang bicara saat makan. Bahkan Rasul pun pernah melakukannya. Selama pembicaraan itu baik dan tidak mengganggu acara makan, maka boleh. Namun, bila pembicaraan itu tidak baik, maka sebaiknya tidak usah dibicarakan. []
SUMBER: MUSLIMAH SHALIHAH