SANAA—Pecahan bom Raytheon Mark 82 buatan Amerika Serikat (AS) ditemukan di Dahyan, Yaman. Bom itu diduga kuat digunakan dalam pengeboman sebuah bus penuh anak-anak yang menewaskan 51 orang yang 40 di antaranya anak-anak, dan melukai 79 orang lainnya.
Selasa (14/8/2018), Reuters melaporkan foto-foto dari lokasi serangan yang dibagikan oleh jurnalis Nasser Arrabyee. Foto itu menunjukkan pecahan yang diyakini berasal dari bom seberat lebih dari 220 kilogram tersebut. Meski foto-foto pecahan bom itu belum bisa diverifikasi, namun pecahan Mark-82 telah berulangkali dilaporkan terlihat di berbagai lokasi pengeboman di Yaman.
BACA JUGA: PBB Prediksi Jutaan Warga Yaman Terancam Kelaparan
Bom yang diproduksi perusahaan pertahanan General Dynamics itu menjadi sorotan pada 2016 saat pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi mengebom aula komunitas di Sanaa di tengah upacara pemakaman pemuka agama Sheikh Ali al-Rawishan, menewaskan 140 orang dan melukai 525 lainnya.
Penjualan senjata buatan AS yang dijual kepada Arab Saudi banyak mendapat kecaman dari organisasi hak asasi manusia dan disebut-sebut sebagai salah satu faktor tingginya tingkat kematian warga sipil di Yaman. Berdasarkan data PBB, lebih dari 10.000 orang telah terbunuh selama tiga tahun perang berkecamuk di negara itu.
Meski telah ada seruan dari LSM dan bahkan anggota parlemen AS untuk menghentikan pasokan senjata ke Saudi di tengah konflik yang sedang berlangsung, pada 2016 dan 2017, Pentagon terus memberikan kontrak penting pada Lockheed Martin / General Dynamics untuk memasok bom MK-82 ke Riyadh.
BACA JUGA: PBB: Akibat Perang, 121 Ribu Warga Tinggalkan Kota Hadida Yaman
Namun, pekan ini Juru Bicara Komando Pusat AS, Mayor Josh Jacques mengatakan, sulit untuk mengetahui dari mana bom yang menghantam bus di Yaman tersebut berasal. Selain Arab Saudi, pada 2016 AS juga diketahui menjual Mark-82 kepada Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Prancis, Irak sementara Australia dan Bahrain juga mengikat kontrak pembelian bom tersebut pada 2017.
“Kita mungkin tidak pernah tahu jika amunisi (yang digunakan) adalah salah satu yang dijual AS kepada mereka,” ujarnya. []
SUMBER: REUTERS