JAKARTA—Isu tentang ketersediaan akses terhadap obat-obatan termasuk vaksin menjadi hal yang sedang dihadapi dunia, khususnya pada negara- negara berkembang.
Menurut WHO 30% orang di dunia kekurangan akses terhadap obat-obatan yang bersifat life-saving atau penyelamat jiwa.
BACA JUGA: OKI sedang Mengupayakan Vaksin Asli dari Negara-Negara Muslim
Beberapa faktor penyebabnya adalah masih sedikitnya jumlah pabrik obat dan vaksin, keterbatasan kapabilitas National Regulatory Authorities (NRA) dan pembiayaan dalam hal produksi obat dan vaksin.
Kondisi ini juga terjadi di beberapa negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) dan disebabkan oleh keterbatasan kapasitas produksi dari industri farmasi yang ada di negara tersebut.
Kepala BPOM RI, Penny K. Lukito menyampaikan bahwa hanya beberapa negara anggota OKI, seperti Indonesia, Iran, Senegal, Uzbekistan, Bangladesh, Tunisia dan Mesir, yang memiliki kapasitas untuk memproduksi vaksin.
“Sebagian besar negara anggota OKI masih mengandalkan impor dari luar negara OKI untuk memenuhi kebutuhan obat-obatan dan vaksin di negaranya,” katanya di Jakarta, Kamis (23/8).
BACA JUGA: OKI: 25 Juta Pengungsi Berasal dari Negara-Negara Muslim
Penny menyampaikan, pada tanggal 14 November 2017 lalu Kepala BPOM RI melakukan pertemuan dengan Sekretaris Jendral OKI, H.E. Dr. Al-Othaimeen untuk membahas isu penting dan strategis tentang kemandirian dan keterjangkauan obat-obat termasuk vaksin di negara anggota OKI.
“Dengan semangat untuk saling membantu, BPOM RI berinisiatif untuk menjadi tuan rumah pertemuan pertama para pimpinan Badan Pengawas Obat negara anggota OKI dan mengawal perumusan strategi terkait kemandirian dan ketersediaan produksi vaksin,” ungkapnya. []
REPORTER: RHIO