JAKARTA–Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan angka kemiskinan Indonesia periode Maret 2019 tercatat mengalami penurunan menjadi 9,41% dari periode September 2018 sebesar 9,66%.
Penurunan ini, kata BPS, karena berhasilnya program kesejahteraan milik pemerintah seperti bantuan sosial hingga bantuan pangan non tunai.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat tingkat kemiskinan per Maret 2019 tercatat sebesar 9,41%. Angka tersebut setara dengan 25,14 juta orang.
BACA JUGA: Sa’id bin Amir, Gubernur Kaum Muslim yang Miskin
Jika dibandingkan dengan September 2018, tingkat kemiskinan kala itu sebesar 9,66% atau berkurang 800.000 orang.
“Jumlah penduduk miskin pada Maret 2019 sebesar 25,14 juta orang. Turun 0,80 juta orang (800.000 orang) terhadap Maret 2018,” kata Kepala BPS Suhariyanto di Gedung BPS, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2019).
Turunnya angka kemiskinan di Indonesia disebabkan adanya bantuan sosial dan juga beras rastra. Penurunan kemiskinan ini terjadi baik di desa dan kota.
“Di pedesaan lebih cepat 0,25%, di kota turun 0,20% dari September-Maret 2019,” lanjutnya.
Suhariyanto juga mengatakan, harga rokok kretek filter menjadi faktor utama penyumbang kemiskinan. Harga rokok memiliki andil terhadap kemiskinan 11,38% di pedesaan dan di perkotaan 12,22%.
“Rokok ini terus naik, inflasi dari rokok ini naik. Rokok naik kok nggak ada yang complain ya. Pelan-pelan ini naik kontribusi rokoknya meningkat di kota 12,22% di desa 11,36% kalau dibandingkan posisi Maret dan September,” kata Suhariyanto di kantornya, Jakarta Pusat, Senin (15/7/2019).
BPS juga merilis beberapa komoditas yang memiliki sumbangan besar terhadap kemiskinan, di antaranya beras, rokok kretek, telur ayam ras, daging ayam ras, mie instan, gula pasir hingga tempe dan tahu.
BACA JUGA: Oman Kirim Bantuan bagi Ribuan Keluarga Miskin Gaza
Beras memiliki andil sebesar 20,59% terhadap kemiskinan di perkotaan dan 25,97% di pedesaan. Kemudian diikuti rokok 12,22% dan 11,36%, telur ayam ras 4,26% dan 3,53%.
Selanjutnya daging ayam ras dengan andil 3,83% dan 2,20%, mie instan 2,40% dan 2,18%, gula pasir 2,06% dan 2,89% serta tempe 1,65% dan 1,54%.
Kemudian untuk komoditas bukan makanan yang menyumbang ke angka kemiskinan antara lain perumahan, BBM, listrik, pendidikan, dan perlengkapan mandi. []
SUMBER: DETIK