MAKASSAR— Perjuangan Asrul untuk menjadi seorang Polisi tidaklah mudah, Asrul yang merupakan anak sulung dari dua bersaudara dari pasangan Syamsuar (46) dan Rusnah (44), warga BTN Batara Ugi Blok A1 No 9 Kelurahan Sudiang Raya, Kecamatan Biringkanaya, Makassar.
Syamsuar, ayah Asrul hanya bekerja seorang tukang batu. Jika orderan sepi, dia ngojek atau pungut sampah, besi tua atau tembaga di jalan untuk dijual.
Asrul bersama Awalul, sahabatnya sejak kecil mendaftar polisi semenjak lulus dari SMAN 18 Makassar tahun 2016. Tetapi mereka sama-sama gagal. Belajar dan berlatih keras sejak masih duduk di bangku SMP untuk mencapai cita-citanya, lalu juga berkali-kali mengalami kegagalan.
Karena kecewa, Asrul dan Awalul melirik TNI, dua kali mereka mendaftar namun gagal. Bersama Awalul, Asrul terus belajar dan berlatih keras.
Mengasah kemampuan akademiknya dan kekuatan fisik dengan olahraga bersama seperti lari mengitari kampus Universitas Hasanuddin dan renang di kolam markas Kodam dan markas Kostrad.
Ibu Asrul terus mengiringi doa dan melantunkan Al Fatihah saat Asrul berangkat untuk ikuti tes, nenek dan keluarganya yang lain juga ikut lakukan hal sama.
Dan saat terima kabar kelulusan, dirasa rezeki benar-benar turun dari langit dan ucapan alhamdulillah tidak pernah putus.
“Pas keluar dari pintu markas Kodam usai tahu kami tidak lulus, kami lihat gerbang tribrata SPN Batua yang berhadapan dengan markas Kodam. Kami langsung sepakat untuk coba mendaftar Polri lagi pas dua minggu sebelum batas waktu pendaftaran ditutup. Ternyata baru rezeki, kami sama-sama lulus. Saking bahagianya saya dan Awalul lama berpelukan setelah melihat daftar kelulusan itu,” ujar Asrul.
Kini, Asrul berhak mengenakan seragam korps Bhayangkara yang diidam-idamkannya sejak kecil. Padahal sebelumnya, orang-orang sekitarnya tidak ada yang menyangka jika dia yang berasal dari keluarga berekonomi pas-pasan bisa lulus tes di SPN tanpa sogok.
“Kata orang, tidak bisa lulus jadi polisi kalau tidak menyogok dan kalau menyogok mau ambil uang dari mana karena kami orang miskin. Tapi saya bertahan, tetap mendaftar karena yakin dan percaya dengan doa ibu dan kiriman 1.000 Al Fatihah dari ibu. Alhamdulillah betul-betul saya lulus murni tanpa sogok,” tutur Asrul, pada Kamis (8/3/2018) kemarin.
Hingga saat ini, rasa tidak percaya ternyata bisa lulus jadi polisi masih melingkupi keluarga Asrul. Membuat Syamsuar tidak bisa menahan haru saat bercerita mengenai nasib baik anak sulungnya ini.
“Selalu saya bilang ke Asrul, belajar dan berusaha. Ikuti saja tes, semuanya tergantung Yang di atas. Ibunya juga selalu bilang begitu ke anaknya dan ternyata benar-benar lulus. Harapan saya ke Asrul, tetap perbaiki akhlak karena kalau akhlak tidak baik, bisa rusak semua,” pungkas syamsuar. []
SUMBER: MERDEKA