Oleh: Ernydar Irfan
Bu, maaf yaa… Aku masih jarang banget menelponmu.
Bu, maaf yaa… Aku tidak banyak waktu mengunjungimu.
Bu, maaf yaa… Aku yang engkau sekolahkan agar pintar sering kali menganggapmu sok tahu sedang aku merasa lebih tahu.
Bu, maaf yaa… Ketika kau sibuk menasehatiku, aku sering merasa kau terlalu ingin ikut campur dengan hidupku.
Bu, maaf yaa… Jika aku jarang sekali memenuhi keinginan-keinginanmu, bahkan ketika keinginanmu terucap, aku sibuk berhitung malah kadang berpikir jika kupenuhi keinginanmu nanti uang belanjaku tidak cukup, padahal dulu tak adapun kau sanggup berhutang untuk diriku.
Jika aku dirundung duka, aku selalu mencarimu bu, tapi ketika ku dilanda suka, sering kali ku tak teringat padamu.
Bu, maaf yaa… Jika ternyata diriku telah memprioritas dirimu di level sekian setelah istri / suami dan anak kami. Padahal dulu jiwa ragamu untuk kami.
Andai 1 minggu 3 jam kami sisihkan untukmu maka kira-kira dalam 1 tahun ada 48 minggu maka 3 jam x 48 = 144 jam maka 144:24 = kurang lebih 6 hari saja dari 365 hari ( 1 tahun) waktu kami untukmu, namun ketika dirimu meratap sepi, kami seolah merasa sudah banyak memperhatikanmu.
Bu, orang hari ini ramai mengucap hari ibu, sedang kehadiranmu setiap hari sering kali bak angin lalu. Kadang habis shalatpun langsung buru-buru ingat harus beraktifititas ini itu tapi lupa mendoakanmu.
Bu, setiap hari adalah perjuanganmu, maka setiap hari adalah harimu, bukan hanya hari ini. Aku telah lalai kepadamu.
Maaf yaa, Bu. []
DISCLAIMER: Tulisan ini secara ekslusif diberikan hak terbit kepada www.islampos.com. Semua jenis kopi tanpa izin akan diproses melalui hukum yang berlaku di Indonesia. Kami mencantumkan pengumuman ini di rubrik Kolom Ernydar Irfan dikarenakan sudah banyak kejadian plagiarisme kolom ini di berbagai media sosial.