CIYE-ciye buka tutup jilbab, ciyeee …
Itu jilbab, apa jalanan ke arah puncak, dibuka tutup?
–
Enak nggak baca tulisan di atas?
Ada kesan nyindir plus nyinyir yah?
Maaf, sebenernya nggak bermaksud begitu.
Tapi emang di beberapa kondisi, suatu saran itu mesti disampaikan dengan ‘lebih keras’ supaya menimbulkan efek berbekas pada orang-orang yang hendak dituju.
Pagi ini, iseng-iseng bersih-bersih friendlist. Lumayan juga ya ngecekin 1.200-an teman yang 80% nya nggak kenal sama sekali. Bahkan berinteraksi via dumay pun tidak. Hehehe
Jadilah mata ini melihat beberapa akun perempuan yang sebelumnya berhijab, eh sekarang rambutnya tergerai indah. Cantik? Iyalah, cantik.
Hijab itu nggak bikin kamu makin cantik, Ladies … Bisa jadi sebenernya cuma basa-basi ketika ada yang komen, “Kamu makin cantik deh pake jilbab.” Karena hijab yang kita gunakan, jelas nggak bikin muka kita makin kinclong, hidung lebih tuing alias mancung, bulu mata seketika lebih panjang dan lentik, jerawat-jerawat kempes dan bekas nodanya pudar seketika, atau bentuk alis ujug-ujug jadi simetris tanpa dilukis. Nggak gitu kan?
Namun, ketika seorang muslimah memutuskan untuk menutup auratnya, muncullah aura positif yang menaungi dirinya. Sekalipun pemakaian hijabnya baru kondisional. Misalkan di sekolah atau kampus lagi ada acara peringatan hari besar keagamaan. Atau di area sekitar tempat tinggal ada pengajian mingguan, dan sejenisnya. Hal ini perlu didukung, karena merupakan bagian dari proses. Nah aura positif inilah, yang membuat orang lain yang melihatnya jadi berasa perempuan yang baru berhijab itu kelihatan makin cantik. Yang bener itu, makin shalihah! (In Syaa Allah, kalo niatnya juga bener).
Tapi kalau kita dalam melakukan kewajiban sebagai muslimah, nggak konsisten. Hari ini pake, lusa dilepas. Berangkat kerja pake, pas company gathering dicopot … Esensi berhijabnya ke manaaa?
Hal lain, di kehidupan sehari-hari, kita sudah istiqomah menutup aurat nih. Ealaaa … DP BBM, PP Whatsapp, Ava Twitter, PP Facebook-nya nggak pake jilbab. Iki piyeee? Iya, iya itu hak masing-masing. Pun tidak merugikan orang lain. Sama seperti ketika seorang wanita muslim memutuskan untuk belum berhijab pun, sebenernya nggak ngerugiin orang lain, kecuali ayah, suami atau sodara laki-lakinya sendiri.
Makanya tulisan ini bermaksud mengingatkan, sesuatu yang mungkin belum diketahui atau diabaikan selama ini.
#
Tak sedikit teman perempuan yang berawal dari memasang foto tanpa hijab di akun medsos-nya, kemudian menuai banyak pujian dari yang melihatnya:
“Kamu lebih cantik tanpa hijab.”
“Ya ampun, Say … Rambutmu ternyata kaya model iklan sampo ya. Bagus, panjang dan berkilau.”
Kemudian dilanda galau akut, and finally … Memutuskan untuk melepas hijabnya di dunia nyata. Eh, maksudnya di kehidupan sehari-harinya.
Innalillah!
Ya setan emang begitu, Saudarikuuuu.
Dia nggak straight to the point dalam melancarkan aksinya. Makanya kan dalam Al-Qur’an diingatkan, “Janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan ….”
Tulisan ini dibuat, bukan karena iri dengan kecantikanmu, Saudariku … Sungguh bukan. Tapi tulisan ini dibuat sebagai bentuk kepedulian sebagai sesama muslimah. Ketika seorang perempuan sedang ‘belajar’ berhijab, pasti banyak yang akan mendukungnya, bersamaan dengan banyaknya ujian yang akan menghalanginya. Tapi kalau selama bertahun-tahun, kita seperti ini terus? Jangan juga mangkel ketika orang lain akhirnya melabeli kita sebagai perempuan plin-plan, yang nggak punya prinsip dalam menunaikan kewajibannya.
Dengan menuliskan hal ini, setidaknya ikhtiar untuk memberitahu atau mengingatkan sesuai kapasitas saya, sudah saya tunaikan. Perkara teman-teman mau merenungkan bahkan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari, sungguh terserah kalian. Karena saya sadar, kebenaran itu hanya perlu disampaikan, bukan untuk dipaksakan.
Wallahu A’lam bisshowab. []
22 Agustus 2016