YERUSALEM –Para petinggi gereja Orthodox Yunani di Yerusalem melakukan kunjungan lima hari ke Moskow sejak Senin (4/12/2017) lalu. Mereka bertemu Putin dan sejumlah pendeta senior untuk menyampaikan kekhawatiran mereka terkait Pengakuan Amerika Serikat terhadap Yerusalem sebagai ibu kota Israel.
Klaim Amerika terhadap Yerusalem bukan saja mengancam umat Islam dan perdamaian dunia. Umat Kristiani juga ternyata merasakan kekhawatiran atas akibat yang mungkin ditimbulkan dari klaim Amerika itu.
Patriark Theophilus III melihat ancaman dari Israel pada gereja-gereja di Tanah Suci. Ancaman muncul dari kesepakatan penyewaan properti gereja pada pihak Yahudi. Menurutnya, Israel mengincar properti gereja-gereja di Koa Tua untuk dijadikan properti Yahudi.
Jika Yerusalem benar-benar menjadi ibu kota Israel, maka ancaman itu bisa menjadi kenyataan. Umat Kristen akan kehilangan tanah-tanah mereka. Modusnya, properti yang dimiliki gereja dibeli atau disewa oleh pihak swasta anonim. Diketahui baru-baru ini bahwa pihak pembeli atau anonim merupakan pihak Yahudi.
Selama musim panas lalu, diketahui properti Ortodoks seperti gereja dijual pada pengusaha anonim. Wilayah itu kini sudah dibangun 1.500 rumah dan disewakan. Tidak jelas siapa pemiliknya. Rumor yang beredar menyebut properti itu kini dimiliki oleh Yahudi.
Bulan lalu, Komite Eksekutif World Council of Churches yang mewakili lebih dari 560 juta umat Kristen di 100 wilayah juga mengeluarkan pernyataan kuat. Mereka menyampaikan ada kekhawatiran gereja di Yerusalem terancam sebagai akibat dari kombinasi kontrak legalitas yang disengketakan, upaya kelompok pemukim radikal, dan kebijakan Pemerintah Israel. []