DALAM QS Al-Imran ayat 14 Allah SWT berfirman, “Dijadikan terasa indah dalam pandangan manusia, cinta terhadap apa yang diinginkan berupa perempuan-perempuan, anak-anak, harta benda yang bertumpuk dalam bentuk emas dan perak, kuda pilihan, hewan ternak (unta,sapi, kambing dan biri-biri) dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik.”
Kebutuhan adalah suatu keperluan atau sesuatu yang diperlukan. Hal-hal penting yang harus ada. Sedangkan keinginan adalah hasrat untuk mendapatkan sesuatu. Artinya, yang “butuh” berarti wajib ada, sementara ingin, masih bisa ditunda. Permasalahannya orang selalu berusaha agar tidak hanya kebutuhan yang dipenuhi, tetapi juga keinginan. Meskipun untuk memenuhinya ia memaksakan diri.
Salah satu fitrah yang telah diciptakan bagi manusia adalah rasa cinta terhadap dunia dan seisinya; anak-anak, emas, perak, kendaraan, dan tempat tinggal. Sementara itu, Islam juga bukanlah agama yang mengekang manusia untuk mencicipi kenikmatan isi dunia dan mencampakkan kenikmatan yang Allah karuniakan kepadanya.
“Dan raihlah dari segala yang Allah karuniakan kepadamu di akhirat, akan tetapi janganlah engkau lupakan bagianmu di dunia,” (QS. Al-Qashash ayat 77);
Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya di antara yang aku khawatirkan atas kamu sepeninggalku adalah terbuka lebarnya kemewahan dan keindahan dunia ini pada kamu,” (HR. Bukhari dan Muslim).
Untuk itulah Islam memberikan batasan yang tegas bagi setiap manusia antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan manusia terbatas sedangkan keinginan manusia tidak terbatas.
Saudaraku, Islam telah mengingatkan kita bahwa dunia bukanlah tujuan hidup dan ujung dari sega aktivitas kita. Akhirat lah terminal akhir perjalanan kita. Dan ke akhirat pula seharusnya kita mengarahkan segala aktivitas kita.
Sumber: Jangan Putus Asa/karya: Masyhuril Khamis/penerbit: Republika