TANYA: Ada yang mengatakan bahwa judi, minuman keras dan seks bebas akan merusak sebuah masyarakat. Tapi yang saya lihat Jepang melakukan semua kemaksiatan tersebut, tapi negaranya tetap maju. Saya jadi berpikir, sebenarnya apa sih yang membuat masyarakat jadi baik?
JAWAB: Mungkin apa yang tengah Anda rasakan itu sama dengan yang pernah dirasakan oleh seorang ulama Mesir di masa lalu. Beliau adalah Muhammad Abduh.
Muhammad Abduh sempat mengunjungi Eropa, di sana beliau cukup terkesima melihat kehidupan yang teratur, birokrasi yang profesional, kebersihan yang terpelihara di mana-mana, penghargaan terhadap waktu dan seterusnya. Semua sangat kontradiktif dengan yang beliau dapati di negerinya sendiri, Mesir.
Jadi, sedikit banyaknya, apa yang sekarang ini terlintas di benak Anda “Mungkin” ada benarnya. Mungkin di Jepang ada Islam tapi minim umat Islam. Islam yang Anda maksud adalah kebersihan, ketertiban, profesionalisme, efisiennya birokrasi, kemajuan teknologi dan seterusnya.
Sedangkan di Indonesia, umat Islam jumlahnya ada 200 juta lebih, tapi penerapan ajaran Islam dalam bentuk kebersihan, keindahan, kerapihan, profesionalisme dan seterusnya, mungkin masih belum ada apa-apanya dibandingkan yang sudah berjalan di Jepang.
Implementasi Syariah Islam di Negeri Islam
Harus kita akui bahwa nyaris di semua negeri Islam, syariat Islam yang sudah dijalankan masih terlalu sedikit. Jangan dulu bicara hukum potong tangan, qishash, merajam pezina, atau mencambuk peminum khamar, bahkan sekadar shalat 5 waktu sekalipun, rasanya kok masih sedikit yang melakukannya.
Bukankah kendaraan di jalan raya masih tetap berseliweran saat khatib sudah naik mimbar Jumat? Apakah mereka yang di dalam mobil itu tidak pada shalat Jumat?
Dan ingat, negeri kita ini masih termasuk negeri yang tertinggi dalam prestasi korupsinya. Sebab dilakukan secara berjamaah mulai dari struktur pemerintahan terendah sampai yang tertinggi. Anda bisa bayangkan, kalau seorang menteri agama yang harusnya mengurus kebajikan dan amal shaleh, selesai jadi menteri malah masuk penjara untuk urusan yang sangat memalukan: korupsi.
Jadi jangan dulu berharap terlalu besar kepada Indonesia dalam masalah hasil penerapan Islam, walau pun secara kebetulan penduduknya mengaku beragama Islam. Sebab Islam yang mereka maksud ternyata tidak lebih dari sekadar formalitas. Adapun urusan implementasi, rasanya masih banyak yang belum dilaksanakan sepenuhnya. Baik secara individu apalagi komunitas.
Tapi sebaliknya, Anda pun jangan berbangga dulu dengan kemajuan yang ada di negara Jepang, Eropa, Amerika dan lainnya.
Namun Anda harus akui bahwa kehidupan moral mereka pun jauh lebih buruk. Bayangkan, zina mereka lakukan sudah bukan lagi dengan lawan jenis tetapi dengan sesama jenis. Bahkan dilegalkan menjadi keluarga, di mana ayah dan ibunya sama-sama laki-laki.
Penyakit kelamin semacam spilis, gonorhae bahkan HIV di negeri maju yang kita banggakan itu ternyata bukan hanya melanda para pelacur saja, tetapi sudah menjadi penyakit semua orang termasuk anak-anak. Kita tidak bisa bayangkan kalau murid SD sudah terjangkit penyakit kelamin.
Orangtua Anda selama masih hidup di Indonesia, insyaAllah masih akan kita ajak tinggal di rumah kita, di rumah salah satu anak beliau. Sementara di negeri maju yang kita banggakan itu, orang tua bila dianggap sudah tidak berguna lagi, maka tempatnya cuma satu: panti jompo.
Dan Anda kalau terus-terusan tinggal di Jepang, setelah pensiun dan tidak berguna lagi dalam beberapa tahun lagi, siap-siap dijebloskan ke panti jompo.
Dan sebagai bagian dari warga negara maju, Anda harus ikhlas kalau malam ini isteri Anda harus tidur dengan atasannya, besok malam dengan bawahannya, besoknya lagi tidur dengan sopir perusahaan, besoknya lagi ditiduri oleh pengantar pizza. Sebab Anda pun harus melakukannya juga dengan bawahan Anda, atau dengan isteri tetangga, atau dengan rekan bisnis.
Seks bebas yang mengakibatkan penyakit kelamin sudah dianggap biasa, bahkan merupakan keharusan. Kita sebagai rakyat Indonesia yang masih normal, rasanya bulu roma ikut bangun mendengarnya.
Jadi kalau ditimbang-timbang, sebenarnya kemajuan Eropa, Amerika, Jepang dan negeri maju lainnya, tidak terlalu memesona juga. Apalagi di sana kita tidak bisa makan gado-gado lontong, cuma makan roti dan keju yang tanpa rasa itu. Biar bagaimana pun, sop kaki sapi Tenabang tetap lebih nikmat rasanya. []