Oleh : NS Risno
ensrisno@gmail.com
HIDUPĀ di dunia tidaklah selamanya.Hidup ini akan berujung pada kematian. Dan sungguh kita tidak pernah tahu kapan kematian ini datang. Tapi yang jelas, pasti ia akan datang.
Karena itulah, kepada yang sudah tua, Maimun bin Mahran berpesan dengan bertanya, “Wahai orang orang tua, apa yang ditunggu dari tanaman yang sudah memutih ?”
Mereka menjawab,” Masa panen.”
Sedang kepada mereka yang masih muda beliau menasihati, “Wahai para pemuda, sesungguhnya tanaman terkadang dimakan hama (mati) sebelum panen tiba.”
Datangnya kematian bukan akhir segalanya.Ketika jasad telah terkubur dalam tanah tidak berarti habis perkara. Sebab hidup tidak hanya di dunia. Ada kehidupan setelah kehidupan di dunia. Ada hidup setelah kita dimatikan. Itulah kehidupan di alam akhirat. Kehidupan yang abadi dan sebenarnya.
Bahagia atau sengsara nasib seseorang di alam akhirat, tergantung bekal yang dibawanya. Jika sewaktu di dunia bekal kebaikan yang dikumpulkan maka ibarat ia telah membangun kebahagiaan di alam akhirat. Namun sebaliknya kalau semasa hidup di dunia ia hanya menumpuk-numpuk bekal keburukan maka sama halnya ia telah menggali jurang kesengsaraan di alam akhirat.
Maka, hidup di alam dunia ini adalah kesempatan untuk memperbanyak mengumpulkan bekal. Dan sebaik-baik bekal itu adalah takwa. Allah berfirman, “Berbekalah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (Al-Baqarah : 197)
Berkenaan tentang takwa ini, Umar bin Khattab pernah bertanya kepada sahabatnya Ubay bin Ka’ab. Lalu Ubay menjawab dengan balik bertanya kepada Umar.
“Bukankah Anda pernah melewati jalan yang penuh duri?”
“Ya, pernah,” jawab Umar.
“Apa yang Anda lakukan?” tanya Ubay lagi.
“Saya akan bersiap-siap dan berjalan dengan hati-hati,” jawab Umar.
“Itulah takwa,” kata Ubay bin ka’ab.
Berhati hati, waspada jangan sampai diri menginjak duri-duri yang bertebaran di jalanan kehidupan itulah taqwa. Duri-duri jalanan itu adalah perbuatan maksiat, perkara-perkara yang dilarang atau diharamkan Allah SWT.
Sikap waspada dan berhati dalam menjalani kehidupan di dunia. Jangan sampai diri terperosok melakukan perbuatan perbuatan yang dilarang Allah, tetap berjalan di atas jalan dan petunjuk Allah, itulah sebaik-baik bekal yang akan menyelamatkan kita dari penderitaan dan kesengsaraan di alam akhirat. Itulah takwa, sebaik-baik bekal yang dapat menghantarkan kebahagiaan seseorang di kehidupan akhirat. Kehidupan yang sebenar-benarnya.
“Hai orang orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah di perbuat untuk hari esuk, dan bertaqwalah kepada Allah,sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr (59) ayat :18). Wallahu a’lam. []
Padangan, Mei 2016
Kirim RENUNGAN Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word.Ā