PARA Ummul Mukminin sendiri mengakui kedudukan dan posisi Aisyah di hati Rasulullah. Kendati mereka didera cemburu, sebab cinta yang tampak dari penjagaan Aisyah terhadap rahasia-rahasia Nabi s.a.w. sangat kuat dan dalam.
Tidak ada di antara istri Rasulullah yang lebih erat dengan beliau daripada Aisyah. Tak ada yang mampu memahami makna-makna dan spirit Rasulullah melebihi Aisyah. Juga tak ada yang mempergauli Rasulullah lahir dan batin melebihi Aisyah.
BACA JUGA: Alasan Rasulullah Memilih Aisyah Jadi Istrinya
Di antara bukti cinta Aisyah terhadap suaminya adalah, jika bangun tidur dan tidak menemukan Rasul di sampingnya, dia merasa khawatir dan gelisah. Aisyah ra. menceritakan, “Saat tidur di samping Rasulullah pada suatu malam, aku merasa kehilangan beliau. Kala itu semua rumah tidak ada yang berlampu. Aku menyentuh beliau dengan tanganku dan memegangi kedua kakinya sementara beliau sujud dan berdoa:
“Ya Allah, dengan ridha-Mu aku berlindung dari murka-Mu, dengan ampunan-Mu aku berlindung dari sanksi-Mu, dengan-Mu dan dari diri-Mu aku tidak menghitung pujianku terhadap-Mu. Engkau seperti yang Engkau puji atas Diri-Mu.”
Aisyah juga menceritakan kisah yang hampir sama. Dia berkata, “Suatu malam aku kehilangan Rasulullah, kukira beliau pergi ke tempat istri-istrinya yang lain. Aku pun mencari-carinya di tempatku, dan ternyata beliau tengah sujud sambil berdoa, “Mahasuci Allah, dengan manuji-Mu, tiada tuhan selain Engkau.”
Lalu Aisyah berkata, “Demi ayah bundaku, kupikir anda melakukan sesuatu, ternyata anda tengah melakukan yang lain.”
BACA JUGA: Orang Persia Undang Nabi untuk Makan, tapi Tidak dengan Aisyah
Aisyah menuturkan, “Aku juga pernah suatu malam merasa kehilangan beliau sampai tengah malam. Maka aku segera mencari beliau hingga kutemukan sedang berada di pekuburan Baqi. Di situ beliau mengangkat kedua tangannya seraya berdoa kepada Tuhannya. Aku pun akhirnya pergi. Pagi harinya kuceritakan kejadian semalam, lalu Rasulullah berkata, “Ternyata engkaulah bayangan hitam yang kulihat tadi malam di depanku.”
Aisyah menjawab, “Benar.”
Sumber: Aisyah/ Penulis: Sulaiman an-Nadawi/ Penerbit: Qisthi Press/ 2007