Oleh: Arista Indriani
Mahasiswa Universitas Airlangga, aristo1412@gmail.com
BEBERAPA hari ini netizen dihebohkan oleh aksi seorang stand-up komedian, yang disebut-sebut telah melecehkan agama. Komika 28 tahun dengan nama lengkap Genrifinadi Pamungkas yang lebih dikenal dengan Ge pamungkas. Dimana ia mulai tenar ketika berhasil menjadi juara pertama dalam ajang Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) season kedua di tahun 2012. Dalam acara Stand-up komedi untuk mempromosikan film yang dibintanginya dengan judul, “Susah Sinyal”. Di sanalah ia mengangkat materi tentang agama.
Berikut ini kurang lebih materi yang disampaikan Ge dalam stand up nya “Dulu nih, Jakarta banjir. Apa coba itu, weh, netizen itu, ini gara-gara (Ahok),” tukasnya menyinggung gubernur DKI Jakarta sebelumnya. “Giliran banjir yang terjadi saat ini, ini adalah cobaan dari Allah Subhanahu wata’ala,” lanjutnya, yang membuat penonton tertawa.
Ge juga mengutip sebuah ayat “Sesungguhnya Allah memberikan cobaan terhadap hamba yang dicintai-Nya,” “Cintai… apaan?” kata Ge dengan gaya khasnya yang heboh, sontak langsung disambut tawa dan tepuk tangan riuh dari para penonton dalam acara tersebut.
Tidak hanya Ge di acara yang lain, beberapa komika juga kedapatan membawakan materi yang syarat dengan sara, melecehkan agama. Salah satu komika yang sudah tidak asing dikenal sebagai mantan artis cilik, Joshua Suherman. Dalam stand up komedinya, dia menganalisa mengapa Annisa (mantan personil Cherrybelle) lebih unggul daripada Cherly. Ia mengutarakan sebabnya adalah karena Annisa beragama Islam. “Makanya Che, Islam!” begitu ungkapnya
Kemudian disambut dengan takbir dari komika yang lain “Allahu akbar.. Allahu akbar..”
Masih dalam acara yang sama, seorang komika mengatakan “minum-minum bir gakpapa, yang penting ada dakwahnya disini” sambil tertawa, ditambah pula oleh komika yang lain “kalian ini menertawakan agama, menertawakan hal-hal seperti ini, tempat ini dibakar, yang bakar masuk surga lo…”
Ironis, mereka dengan bangganya menjadikan lelucon, suatu agama, ayatnya, pemeluknya. Lagi-lagi Islam, diejek, dibuat materi stand up, untuk apa? agar mereka mendapatkan hujan tawa dari penonton. Mengapa? Kenapa harus Islam? Adakah kita sabagai kaum muslim biasa-biasa saja ketika Islam diremehkan? Ironis, jika kita hanya diam tanpa kata. Menganggap itu biasa saja, hanya bercanda, tidak ada niat untuk meremehkan apalagi melecehkan. Lantas, apa memang yang akan menyelamatkan kita di akhirat nanti?
Stand-up comedy atau Lawakan tunggal merupakan salah satu genre profesi melawak yang membawakan lawakannya di atas panggung seorang diri, biasanya di depan pemirsa langsung, dengan cara bermonolog mengenai sesuatu topik. Pelawaknya disebut komika. Mereka menjadikan canda sebagai profesi.
Sebagai agama yang haq dan paripurna, Islam mengatur seluruh urusan. Termasuk dalam aturan Islam ialah larangan mencaci maki, menghina, mengolok-olok atau menjelek-jelekkan agama lain, ini ada dalam Qs al-An’am ayat 108.
Begitu pula Islam juga melarang menghina dan meremehkan orang lain baik muslim maupun non muslim secara pribadinya. Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberi wasiat,
“Janganlah engkau menghina seorang pun.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melanjutkan sabdanya,
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya. Amalan tersebut adalah bagian dari kebajikan…
…Jika ada seseorang yang menghinamu dan mempermalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.” (HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmidzi no. 2722.
Islam begitu mulia, tidak mengajarkan dusta, islam membenci kedustaan dan kemunafikan dalam bercanda. Sehingga barang siapa yang memancing suasana agar semua tertawa dengan cara berdusta, atau mengatakan sesuatu hanya untuk membuat orang lain tertawa maka ia terkena ancaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya ada seorang hamba berbicara dengan suatu kalimat; tidak diucapkan kecuali untuk membuat orang lain tertawa, maka ia terhempas ke dalam jurang jahannam sedalam antara langit dan bumi. Dan sungguh terpelesetnya lisan, lebih berat daripada seseorang terpeleset kakinya”. (HR At Tirmidzi)
Dari Bahz bin Hakim dari bapaknya dari kakeknya berkata, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Celakalah bagi seseorang yang bercerita dengan suatu cerita, agar orang lain tertawa maka ia berdusta, maka kecelakaan baginya, kecelakaan baginya.” (HR Ahmad)
Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: “Sesungguhnya kami hanya bersenda gurau dan bermain-main saja”. Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya kamu selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman… [At Taubah : 65-66].
Adapun Islam tidak melarang adanya canda, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga kadang bercanda dan menghidupkan suasana humoris ketika bergaul dengan sebagaian sahabatnya.
Seperti yang dikisahkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa ada seorang laki-laki berasal dari daerah pedalaman bernama Zahir bin Haram. Dia sering memberi hadiah kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam barang-barang dari pedalaman. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu memberi bekal saat ia ingin kembali ke kampungnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Zahir adalah orang pedalaman, dan kita orang perkotaannya”.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat mencintai Zahir bin Haram, meskipun orang ini bermuka sangat buruk. Pernah, suatu hari beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menghampirinya ketika ia sedang berjualan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam memeluknya dari arah belakang, sehingga Zahir bin Haram tidak bisa melihatnya.
Maka ia pun berseru: “Lepaskan aku. Siapakah ini?”
Maka Rasulullah berkata: “Siapa yang mau membeli budak ini?”
Zahir bin Haram menyahut: “Engkau akan mendapati aku tidak mungkin laku dijual, wahai Rasulullah,” maka beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menimpali:
“Tetapi engkau di sisi Allah sangat mahal.”
Demikianlah gaya canda beliau, bercanda tapi serius, bersih dari kedustaan, tertawa tetapi jauh dari kehinaan, berhumor ria namun tidak sampai menghilangkan muru’ah dan wibawa. Bahkan canda dan humor beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam berbalas surga dan menebar keutamaan. Bukankah dengan canda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini, Zahir bin Haram menunai keutamaan dan kemuliaan di sisi Allah dengan ucapan beliau, “tetapi engkau di sisi Allah sangat mahal”.
Layaknya makanan jika tak diberi garam akan hambar, tidak ada rasanya. Tapi jika kebanyakan garam, tidak akan menjadi makanan yang enak. Cukup tidak berlebihan ketika kita mengambil canda dalam kehidupan. Begitulah selayaknya..
Jauhnya kaum muslimin akan pemahaman Islam yang benar, kurang kokohnya iman seorang, menjadi dasar kegalauan bersikap yang dialami kaum muslim. Ditambah masyarakat yang awwam dengan perintah ammar ma’ruf nahi munkar, cenderung individual. Apalagi benteng utama kaum muslimin telah hilang. Kaum muslim harus berdiri sendiri berbekal minimnya ilmu.
Mungkin kita lupa bahwa setiap perbuatan harus berdasarkan islam. Jangan pun bercanda? makan, tidur, bergaul, berpakaian bergaya hidup dan perkara-perkara yang jauh lebih besar lagi seperti pendidikan, sosial, kesehatan, bermasyarakat, berbudaya, berhukum serta berpolitik harus berdasarkan Islam. Jika tidak dengan Islam, niscaya semua akan menjadi hina. Wallahu ‘alam bish showwab. []
OPINI ini adalah kiriman pembaca Islampos. Isi dari OPINI di luar tanggung jawab redaksi Islampos. Kirim OPINI Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri.