SALAH satu bukti kebodohan seseorang dapat dilihat dari sikap dan perkataannya. Menurut Syekh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari, salah satu bukti kebodohan seseorang adalah menjawab semua pertanyaan hanya berdasarkan pengetahuan pribadinya, tanpa berlandaskan ilmu atau pertimbangan lainnya.
Dalam kitab Al Hikam, Ibnu Athaillah mengatakan:
من رأيته مجيبا عن كل ما سئل، ومعبرا عن كل ما شهد، وذاكرا كل ما علم فا ستدل بذالك على وجود جهله
“Bukti kebodohan seseorang adalah selalu menjawab semua pertanyaan, menceritakan semua yang dilihat, dan menyebut semua yang diketahui.”
BACA JUGA: Manusia Bodoh
Hikmah yang disampaikan Ibnu Atha’illah ini telah dijelaskan kembali oleh Syekh Abdullah Asy-Syarqawi. Menurut Syekh Abdullah, seorang murid atau seorang arif dianggap bodoh jika ia selalu menjawab, dengan mengungkapkan semua yang dilihat dan dirasakan batinnya, saat ditanya tentang ilmu yang diberikan Allah kepadanya.
Mengapa disebut bodoh?
Karena, menurut Syekh Abdullah, seharusnya ia mengerti bahwa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan semacam itu dibutuhkan penguasaan yang baik atas ilmu yang bersangkutan. Dan, itu amat mustahil.
Allah SWT berfirman:
وَمَآ اُوْتِيْتُمْ مِّنَ الْعِلْمِ اِلَّا قَلِيْلًا
“Tidaklah kami diberi pengetahuan melainkan sedikit.” (QS al-Isra’: 85)
Semestinya, orang yang menjawab semua pertanyaan itu memerhatikan kondisi sang penanya. Karena, tidak semua orang layak bertanya seperti itu atau cukup mengerti ketika mendengar jawaban atas pertanyaan seperti itu. Menjawab pertanyaan orang semacam ini adalah sebuah kebodohan.
Selain itu, mengungkapkan semua yang disaksikan sama dengan menyebarkan rahasia yang semestinya disimpan. Orang-orang bijak berkata, “Hati orang-orang merdeka merupakan kuburan rahasia. Rahasia adalah amanat Allah pada seorang hamba.”
BACA JUGA: Ciri Orang Bodoh dalam Islam
Sementara itu, mengungkapkan semua yang diketahui merupakan bukti tidak adanya kemampuan dalam memilah-milah ilmu pengetahuan. Bisa jadi, kata Syekh Abdullah, di antara ilmu yang diketahuinya itu ada yang tidak layak untuk diberitahukan kepada orang lain, karena bisa membahayakan, mendatangkan kerusakan, atau penolakan manusia.
Rasulullah ﷺ bersabda, “Di antara ilmu ada yang bagaikan mutiara berlumuran tanah yang tidak diketahui (bahwa itu mutiara), kecuali oleh ulama yang mengenal Allah. Jika ilmu itu diperlihatkan kepada manusia, niscaya orang-orang yang lalai kepada Allah akan menolaknya.”
Syekh Ahmad ibnu Muhammad Ibnu Atha’illah As-Sakandari merupakan seorang ulama sufi yang lahir di Iskandariah (Mesir) pada 648 H/1250 M. Ibnu Atha’illah tergolong ulama yang produktif dan menulis salah satu kitab paling terkenal dalam Islam, yaitu kitab Al-Hikam. []
Referensi: Kitab Al-Hikam dan Penjelasannya/Karya: Syekh Ibnu Atha’illah as-Sakandari/Penerbit: NOKTAH