PUNYA utang itu boleh saja. Tapi, tentunya ada resiko dan kewajiban dibaliknya. Jika hanya sedikit dan yakin bisa melunasinya, utang mungkin tak akan menimbulkan masalah besar. Namun, jika sudah terlilit dalam jumlah tertentu yang mencekik leher, utang bisa menyengsarakan.
Punya utang itu tidak enak, apalagi utang yang sifatnya riba. Bukan hanya mencekik, tapi juga menimbulkan dosa. Tak hanya kesengsaraan di dunia yang didapat tapi juga kesengsaraan di akhirat. Naudzubillah.
BACA JUGA: Apakah Ada Doa Khusus ketika Mau Menagih Utang?
Selain sulit, berutang itu tanggung jawabnya juga berat. Apa buktinya? Inilah yang diungkapkan dalam hadis.
Pertama, berutang mengajarkan untuk mudah berbohong
Dari ‘Urwah dari ‘Aisyah rahdiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam biasa berdoa di dalam shalat: ‘Alloohumma innii a’uudzu bika minal ma’tsami wal maghrom’ (Ya Allah, aku berlindung kepadamu dari perbuatan dosa dan lilitan utang).” Lalu ada yang bertanya kepada beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Kenapa engkau sering meminta perlindungan dari utang?’ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, ‘Jika orang yang berutang berucap, dia akan sering berdusta. Jika dia berjanji, dia akan mengingkari.’” (HR. Bukhari, no. 2397 dan Muslim, no. 589)
Kedua, pahala jihad sekalipun, tidak bisa lunasi utang
Dari Abu Qatadah Al-Harits bin Rib’i bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berdiri dalam sebuah khotbah di depan khalayak ramai. Kemudian beliau menyebutkan pada mereka bahwa jihad fi sabilillah (jihad di jalan Allah) dan beriman kepada Allah adalah sebaik-baiknya amalan. Kemudian ada seorang lelaki yang berdiri dan berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapat Anda jika saya terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan dihapuskan?” Beliau menjawab, “Benar, jika kamu terbunuh fi sabilillah dalam keadaan sabar, mengharapkan pahala Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke belakang.” Selanjutnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata, “Apa yang engkau katakan tadi?” Orang itu berkata lagi, “Bagaimana pendapat Anda jika saya terbunuh dalam jihad, apakah semua kesalahan saya akan dihapuskan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Benar, jika kamu terbunuh fi sabilillah dalam keadaan sabar, mengharapkan pahala Allah, sedang maju, dan tidak lari mundur ke belakang. Kecuali kalau engkau memiliki utang. Sesungguhnya Jibril mengatakan hal itu kepadaku.” (HR. Muslim, no. 1885)
Ketiga, pada hari kiamat, kebaikan orang yang berutang akan diambil untuk melunasi utangnya
Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma; Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barang siapa yang mati dalam keadaan masih memiliki utang satu dinar atau satu dirham maka utang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (pada hari kiamat nanti) karena di sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah, no. 2414. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
BACA JUGA: 6 Ketentuan Utang dan 3 Akibat Orang yang Berutang
Keempat, jiwa orang yang berutang masih bergantung sampai utangnya lunas
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu; Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jiwa seorang mukmin masih bergantung dengan utangnya hingga dia melunasinya.” (HR. Tirmidzi, no. 1079 dan Ibnu Majah, no. 2413. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).
Nah, demikianlah yang diungkapkan hadis soal beratnya utang. Maka, meskipun dibolehkan, tentu tak bisa sembarangan berutang. Jika masih mampu, sebaiknya hindari berhutang agar terbebas dari segala ‘tekanan’-nya. []
SUMBER: RUMAYSHO