Oleh: Fath Astri Damayanti
Pemerhati Lingkungan dan Politik
ririnchan236@gmail.com
12 Rabiul Awal Tahun Gajah, setiap umat muslim pasti mengetahui tanggal ini, tanggal di mana Manusia terbaik pilihan Allah SWT dilahirkan. Dialah Rasulullah SAW, lahir dari seorang ibu yang bernama Aminah dan ayahnya bernama Abdullah. Pada usia 40 tahun Beliau diangkat menjadi seorang Rosul dengan membawa mukjizat Alquran.
Dari Aisyah Ummul Mukminin rah, ia berkata: “Permulaan wahyu yang diterima oleh Rasulullah adalah ar-ru’ya ash-shalihah (mimpi yang baik) dalam tidur. Biasanya mimpi yang dilihatnya itu jelas laksana cuaca pagi. Kemudian beliau jadi senang menyendiri; lalu menyendiri di gua Hira untuk bertahannuts. Beliau bertahannuts, yaitu beribadah di sana beberapa malam, dan tidak pulang ke rumah istrinya.
BACA JUGA: Inilah Puisi Karya Kaisar China, Isinya Pujian terhadap Islam dan Nabi Muhammad
Dan untuk itu beliau membawa bekal. Kemudian Beliau pulang kepada Khadijah, dan di bawahnya pula perbekalan untuk keperluan itu, sehingga datang kepada beliau Al-Haqq (kebenaran, wahyu) pada waktu beliau berada di gua Hira. Maka datanglah kepada Beliau malaikat dan berkata, “Bacalah!” Jawab Beliau, “Aku tidak bisa membaca.” Nabi bercerita, “Lalu malaikat itu menarikku dan memelukku erat-erat sehingga aku kepayahan. Kemudian ia melepaskanku dan berkata lagi, “Bacalah!” dan aku menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Aku lalu ditarik dan dipeluknya kembali kuat-kuat hingga habislah tenagaku. Seraya melepaskanku, ia berkata lagi, “Bacalah!” Aku kembali menjawab, “Aku tidak bisa membaca.” Kemudian untuk ketiga kalinya ia menarik dan memelukku sekuat-kuatnya, lalu seraya melepaskanku ia berkata, “iqra` bismi rabbikallażī khalaq. khalaqal-insāna min ‘alaq. iqra` wa rabbukal-akram. allażī ‘allama bil-qalam. ‘allamal-insāna mā lam ya’lam.” Yang artinya: (1) Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan; (2) Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah; (3) Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah; (4) Yang mengajar (manusia) dengan perantaran qalam (pena); (5) Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-Alaq, 96:1-5). Setelah itu, Nabi Muhammad SAW dengan ketakutan pulang ke rumah dan menemui istrinya Khadijah binti Khuwailid. Lalu Khadijah membawa Nabi Muhammad untuk menemui Waraqah, anak paman Khadijah. Waraqah mengatakan bahwa Nabi Muhammad SAW telah bertemu dengan Malaikat Jibril yang pernah diutus Allah kepada Nabi Musa (liputan6.com, 20/5/2019).
Setelah itu, Rasulullah SAW pun menyebarkan dakwah Islam baik secara sembunyi-sembunyi sesuai dengan perintah Allah SWT, kemudian secara terang-terangan atas perintah Allah SWT pula. Ketika melakukan dakwah secara terang-terangan inilah banyak hambatan yang diterima oleh Rosul. Ketidaksukaan paman Beliau sendiri terhadap dakwah Rosul, caci maki dari para penentang ajaran yang dibawa Rasul, julukan tukang sihir bahkan orang gila disematkan kepada Beliau, belum lagi siksaan dan perlakuan tidak menyenangkan yang diterima Rasul dan para sahabat seperti yang diterima Keluarga Yasir dan Bilal Bin Rabah seorang budak yang disiksa majikannya.
Namun keimanan mereka terhadap Allah SWT tak menyurutkan langkah untuk terus menebarkan dakwah Islam. Sampai akhirnya turun perintah Allah SWT untuk melakukan hijrah pada pada tanggal 2 Rabiul Awwal tahun ketiga belas dari kenabian, bertepatan dengan 20 Juli 622 M. Penerimaan masyarakat Madinah terhadap Islam dan Rasulullah SAW sangat luar biasa, padahal mereka belum pernah bertemu secara langsung dengan Beliau. Sesampainya di Madinah, Rosulullah pun menerapkan hukum-hukum Islam secara menyeluruh, di segala aspek kehidupan. Tak ada yang tidak diatur dengan Islam.
Sebagai kepala negara, Rasulullah SAW menyadari akan arti pengembangan sumber daya manusia melalui penanaman akidah dan ketaatan kepada syariat Islam. Beliau membangun masjid yang dijadikan sebagai sentra pembinaan umat. Di berbagai bidang kehidupan, Rasulullah SAW melakukan pengaturan sesuai dengan petunjuk dari Allah SWT. Di bidang pemerintahan, sebagai kepala pemerintahan, beliau mengangkat beberapa sahabat untuk menjalankan beberapa fungsi yang diperlukan agar manajemen pengaturan masyarakat berjalan dengan baik.
Rasul SAW mengangkat Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khattab sebagai wazir (menteri). Juga, mengangkat beberapa sahabat yang lain sebagai pemimpin di sejumlah wilayah kekuasaan Islam, di antaranya Muaz bin Jabal sebagai gubernur di Yaman. Selain itu, sebagai kepala negara, Rasulullah SAW juga melaksanakan hubungan dengan negara-negara lain. Menurut Tahir Azhari dalam bukunya Negara Hukum, Rasulullah SAW mengirimkan sekitar 30 buah surat kepada kepala negara lain, di antaranya kepada Almuqauqis raja negeri Mesir, Kisra penguasa Persia, dan Kaisar Heraklius penguasa Romawi. Dalam surat yang dikirim tersebut, Nabi mengajak mereka masuk Islam.
Sehingga, bisa dikatakan politik luar negeri negara Islam Madinah saat itu adalah dakwah semata. Bila mereka tidak bersedia masuk Islam, diminta untuk tunduk dan bila tidak mau juga, barulah negara tersebut diperangi (republika.co.id, 10/7/2009).
BACA JUGA: Maulid, Ingat Pesan Penting Nabi Muhammad SAW: Solidaritas
Meskipun syariat Islam diterapkan, tetapi Rasulullah SAW tak pernah memaksakan akidah Islam kepada masyarakat yang dipimpinnya. Selama non muslim tersebut menerima diatur oleh syariat Islam maka mereka ada dalam jaminan Rosulullah SAW, tidak ada diskriminasi antar umat bahkan toleransi yang ditunjukkan oleh Rasulullah SAW dan kaum muslim adalah toleransi terbaik. Allah berfirman: “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu, barang siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah, sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (TQS Al-Baqarah: 256). Dengan kemuliaan dan perlakuan yang pebuh kasih sayang justru banyak orang-orang kafir dan musyrik yang akhirnya masuk Islam dengan kerelaan hati, tanpa paksaan.
Rasullullah SAW adalah contoh teladan terbaik, maka sebagai kaum muslim sudah sepatutnya kita meneladani Beliau dari segala hal. Sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (TQS Al-Ahzab: 21). Cinta kepadanya tak sekedar melalui lisan saja, tetapi harus kita buktikan dengan perbuatan dengan menerapkan apa yang dibawa dan dicontohkan oleh Rosulullah SAW. Alquran sebagai mukjizat Beliau tidak hanya sekadar dibaca, tetapi dipahami maknanya, diamalkan dalam perbuatan dan didakwahkan kepada orang lain.
Buktikan cinta kita kepada Rosulullah SAW dengan menerapkan syariahNya. Firman Allah: “Apa yang di¬berikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan Apa saja yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah; dan bertakwalah kepada Allah Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya” (QS Al Hasyr: 7). Maka, buktikanlah cintamu. []
RENUNGAN adalah kiriman pembaca Islampos. Kirim tulisan Anda lewat imel ke: islampos@gmail.com, paling banyak dua (2) halaman MS Word. Sertakan biodata singkat dan foto diri. Isi dari RENUNGAN di luar tanggung jawab redaksi Islampos.