NABI adalah orang yang paling lembut kepada orang. Beliau memperhatikan faktor psikologis dan kondisi mereka. Bagaimana tidak, beliaulah yang mengucapkan, “Sungguh tidaklah kelembutan ada pada sesuatu melainkan akan memperindahnya dan tidaklah ia dicabut dari sesuatu melainkan akan memperburuknya,” (HR. Muslim).
Beliau juga bersabda, “Sesunggunya Allah menyukai kelembutan pada seluruh perkara,” (HR. al-Bukhari).
Maksud lembut di sini adalah lembut dengan perkataan dan perbuatan serta mengambil yang paling mudah dan ringan, yaitu konotasi kasar. Jiwa condong dan senang kepada sikap lembut, santun dan kata-kata baik dan sebaliknya lari dari sifat keras dan kasar. Oleh sebab itu, seharusnya para pendidik memahami isi ini dan mempraktikkannya kepada para anak didik dan siswanya.
BACA JUGA:
Jadilah Motivator bagi Anak, Seperti Umar
Ibu pada Anak Gadisnya: Perangai Kekasihmu Buruk, dan Kaulanggar PerintahNya
Berlaku kasar terhadap siswa dapat membahayakan mereka. Misalnya melampaui batas dalam ta’lim, itu membahayakan anak didik, terlebih pada usia dini, karena dia masih memiliki kemampuan yang buruk.
Barang siapa yang terdidik dalam lingkungan keras dan anarkis , baik pelajar, budak atau pembantu, ia akan terbayang-bayangi oleh perasaan terpaksa tidak bergairah dan menghilangkan vitalitasnya. Mengajaknya kepada sifat malas, mendorongnya berdusat dan bersikap jelek yaitu berpura-pura tampil berbeda dengan apa yang ada di dalam hatinya lantaran takut terhadap tindakan-tindakan kasar yang menimpa serta mengajarinya berbuat maker dan tipu daya.” []
Sumber: Begini Seharusnya Menjadi Guru/Fu’ad bin abdul Aziz asy-Syalhub/Darul Haq