PENELITI di Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Andi Pangerang Hasanuddin bikin heboh menyusul komentarnya ‘halalkan darah semua Muhammadiyah’. Kasus ini pun berbuntut panjang.
Perihal itu dibagikan di media sosial oleh Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) Ma’mun Murod. Setidaknya ada empat tangkapan layar yang dibagikan Murod dengan caption sebagai berikut:
Di salah satu tangkapan layar, tampak peneliti BRIN lain, Thomas Jamaluddin, menyampaikan soal perbedaan hari Lebaran. Dia mengatakan pemerintah memfasilitasi Muhammadiyah yang telah menentukan awal Lebaran 2023.
Kemudian, Andi Pangerang Hasanuddin dengan akun AP Hasanuddin membalas komentar seorang dengan akun bernama Ahmad Fauzan S di unggahan Thomas. AP Hasanuddin melontarkan ancaman.
“Perlu saya halalkan gak nih darahnya semua Muhammadiyah? Apalagi Muhammadiyah yang disusupi Hizbut Tahrir melalui agenda kalender Islam global dari Gema Pembebasan? Banyak bacot emang!!! Sini saya bunuh kalian satu-satu. Silakan laporkan komen saya dengan ancaman pasal pembunuhan! Saya siap dipenjara. Saya capek lihat pergaduhan kalian,” kata Andi.
BACA JUGA:Â Pindah ke Hunian Paling Bergengsi, Ronaldo Dikabarkan Jadi Warga Muhammadiyah
Saat dihubungi, Thomas mengatakan komentar-komentar itu benar ada di akun Facebook (FB) miliknya.
Namun Thomas mengaku tidak tahu saling berbalas komentar antara Ahmad dan Andi. Thomas juga tidak tahu komentar itu akhirnya dihapus atau bagaimana. Thomas mengaku telah menegur Andi.
Tanggapan PP Muhammadiyah
Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah Dadang Kahmad mengimbau warga Muhammadiyah agar tetap bijak dan dewasa terkait komentar peneliti BRIN Andi Pangerang.
“Kami mengimbau agar warga tidak terpancing dengan berbagai cemoohan, sinisme, tudingan, hujatan, kritik yang menyerang, hingga ada oknum yang mengancam secara fisik terkait perbedaan pelaksanaan Idul Fitri 1444 H,” kata Dadang Kahmad dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Senin (24/4/2023).
Dadang menyampaikan, Muhammadiyah sudah kenyang pengalaman diperlakukan negatif atau buruk seperti itu sepanjang perjalanan sejarahnya hingga kini.
“Dulu ketika Kyai Ahmad Dahlan memelopori arah kiblat yang benar secara syariat dan ilmu disikapi serupa, dituding kafir dan dirobohkan masjid yang dibangunnya di Kauman. Kini perangai serupa tertuju ke Muhammadiyah oleh orang-orang yang boleh jadi berilmu, mungkin karena merasa benar sendiri atau memang bersikap kerdil yang tentu tak sejalan dengan khazanah dunia ilmu dan akhlak Islam,” jelas Dadang.
Dadang mengajak kepada para pihak yang tak sejalan dengan pandangan ke-Islaman Muhammadiyah agar kedepankan akal sehat, sikap ilmiah yang objektif, dan keluhuran adab Islam layaknya orang beragama dan berilmu.
“Bila di negeri ini para petinggi negeri selama ini begitu gencar menyuarakan moderasi dan toleransi dalam beragama dan berbangsa serta ajakan jangan radikal dan intoleran,” tegas Dadang.
Maka Muhammadiyah hanya ingin bukti apakah hal tersebut dipraktikkan secara autentik dan nyata, bukan hanya ditujukan kepada pihak lain, tetapi di lingkungan sendiri-sendiri agar tidak sekadar retorika dan sepihak.
“Muhammadiyah secara organisasi tetap elegan dalam menyikapi sikap maupun pernyataan negatif seputar perbedaan Idul Fitri karena sudah biasa dan terbiasa,” imbuh Dadang.
Dadang mengimbau kepada seluruh warga Muhammadiyah agar tidak bersikap yang sama dengan mereka yang kerdil pemikiran dan sikapnya dalam beragama dan berbangsa. Tunjukkan bahwa warga Muhammadiyah berkeadaban, berilmu, berbangsa, dan bahkan beragama lebih baik di dunia nyata.
“Bila dari pernyataan-pernyataan buruk orang-orang itu terhadap Muhammadiyah ada yang sudah melewati batas dan dapat masuk ke ranah hukum, tentu jalan hukum itu selalu terbuka untuk dilakukan sejalan dengan koridor yang dijamin konstitusi dan terhormat dalam berbangsa. Sekali lagi warga Muhammadiyah agar tetap mengedepankan pemikiran dan sikap luhur, serta tidak mengambil langkah sendiri-sendiri,” jelas Dadang.
Terakhir, Dadang berharap kepada para elite negeri dan cerdik cendekia untuk bersama-sama menciptakan suasana beragama dan berbangsa yang lebih kondusif dan bermartabat luhur, seraya menjauhkan diri dari hal-hal tidak atau kurang terpuji yang dapat meretakkan hidup berbangsa dan bernegara di Republik Indonesia milik bersama.
PWM DIY Prihatin dan Menyesalkan
Sekretaris Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) DIY, Arif Jamali Muis prihatin dengan pernyataan peneliti BRIN, Andi Pangerang yang mengancam warga Muhammadiyah gegara beda penetapan Hari Raya Idul Fitri 1444 H itu.
“Tentu kita prihatin dan sangat menyesalkan,” kata Arif dalam keterangan tertulis kepada wartawan, Senin (24/4).
Ia mengatakan, hal itu sangat mengerikan dan bisa memancing kegaduhan bahkan perpecahan.
“Sungguh sangat mengerikan karena bisa memancing kegaduhan bahkan perpecahan bangsa dan itu tidak boleh terjadi di negara yang berlandaskan Pancasila,” bebernya.
Oleh karena itu, sebagai pengurus Pimpinan Wilayah Muhammadiyah DIY dia berharap agar aparat segera bertindak.
“Aparat kepolisian dapat mengambil tindakan cepat dan antisipatif sesuai undang-undang yang berlaku,” ucapnya.
Dia juga meminta kepada umat Islam untuk tidak terpancing dengan usaha-usaha provokatif yang dapat memecah belah umat, merusak persatuan bangsa, dan mencoreng usaha-usaha menjadikan Islam sebagai agama rahmatan lil ‘Alamin.
“Terkhusus warga Muhammadiyah apa yang terjadi saat ini menimpa Muhammadiyah karena perbedaan dalam menentukan 1 Syawal dianggap sebagai hal yang biasa dan wajar saja,” ujarnya.
Dia melanjutkan, masalah ancaman dan ujaran kebencian terhadap Muhammadiyah dan warganya, pihaknya menyerahkan kepada aparat yang berwajib. “Karena salah satu kepribadian Muhammadiyah adalah taat pada perundang-undangan yang berlaku,” ujarnya.
Kokam Minta Polisi Turun Tangan
Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) Jawa Tengah meminta polisi turun tangan terkait komentar peneliti BRIN, Andi Pangerang Hasanuddin soal ‘halalkan darah semua Muhammadiyah’. Kokam menilai komentar itu mengarah ujaran kebencian dan menyakiti hati warga Muhammadiyah.
“Berkaitan adanya pernyataan tak senonoh yang mengarah pada ujaran kebencian terhadap Muhammadiyah yang melalui Akun Media Sosial Facebook mengatasnamakan AP Hasanuddin yang menyebutkan MENGHALALKAN DARAH MUHAMMADIYAH, sangat jelas pernyataan ini menyakiti hati dan membuat kegaduhan,” kata Komandan Kokam Jawa Tengah, Andika Budi Riswanto melalui pernyataan tertulisnya, Senin (24/4).
Atas pernyataan peneliti BRIN itu, jelas Andika, Kokam Jateng menyayangkan dan mengecam keras tindakan provokatif dan tidak senonoh tersebut. Pernyataan tersebut mencederai nilai toleransi.
Kokam Jateng, lanjut Andika, menuntut klarifikasi serta permintaan maaf terbuka terhitung sejak pernyataan Kokam dibuat. Kokam Jateng juga menuntut kepolisian turun tangan.
“Menuntut kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia, mengusut dan mengambil tindakan tegas berkaitan dengan permasalahan tersebut sehingga dapat diselesaikan dengan cara Hukum sesuai dengan SE Kapolri No 6/X/2015 Tentang Ujaran Kebencian,” papar Andika.
Kepada seluruh anggota Kokam Jateng, Andika menyampaikan agar bisa menahan diri dari tindakan persekusi maupun upaya lain yang akan berakibat hukum. Semua anggota diminta menjaga situasi agar tetap kondusif.
BACA JUGA:Â Muhammadiyah Berencana Beli Gereja di Spanyol, Bakal Kembalikan Fungsinya sebagai Masjid
Andi Minta Maaf
Peneliti BRIN, Andi Pangerang Hasanuddin akhirnya meminta maaf. Andi minta maaf usai sempat mengancam warga Muhammadiyah. Dia berjanji tak akan mengulangi perbuatannya.
Dalam dokumen surat pernyataan yang diberikan Andi, Senin (24/4), tampak di ujung kiri atas dokumen surat pernyataan terdapat meterai Rp 10.000.
Sebagai pembuka, Andi menyertakan data diri yakni nama, pekerjaan, dan alamatnya.
Berikut isi surat permintaan maaf Andi:
Melalui Surat ini memohon maaf kepada pimpinan dan warga Muhammadiyah atas komentar saya di Facebook terhadap seluruh warga Muhammadiyah di Akun Facebook tertanggal Minggu, 23 April 2023. Komentar tersebut dikarenakan rasa emosi dan ketidakbijaksanaan saya saat melihat akun Thomas Djamaluddin diserang oleh sejumlah pihak.
Saya MEMINTA MAAF SEBESAR-BESARNYA KEPADA PIMPINAN DAN SELURUH WARGA MUHAMMADIYAH yang merasa tersinggung dengan komentar saya tersebut. Saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan semacam ini lagi di waktu-waktu mendatang. Demikian surat pernyataan ini dibuat, atas perhatian masyarakat semua, saya ucapkan terima kasih. []
SUMBER: DETIK