BUKANKAH rasa sakit karena dikhianati berbanding lurus dengan rasa harap keinginanmu untuk memiliki. Jika tak mampu melepaskan, itu berarti hatimu belum dewasa menyikapi keadaan bahwa cinta ialah memilih yang terbaik. Lalu saat orang yang dirimu cinta tidak meyakini dirimu terbaik untuknya haruskah memaksakan kehendak?
Jika dirimu dalam posisinya, bisa jadi akan melakukan hal sama, mencari yang sesuai dengan kemauan hati. Sebab itu jangan terlalu gegabah menafsir apa yang dilakukannya salah -sebab kesalahan terbesar justru terletak pada dirimu sendiri yang begitu mudahnya menggantungkan hidup pada manusia. Padahal sebaik-baik tempat berga
ntung hanyalah kepada Allah.
Belajarlah mengerti. Cinta pada seseorang hanyalah cara untuk berkarib ajar kesalingmengertian. Sehingga tak ada pilihan lain kecuali bersegera menyatukan debar cinta dalam ikatan yang halal, agar proses mengabdi dilakukan dengan total-jika masih sebatas pacaran, terlalu gegabah apabila menafsir sebagai pemilik yang sah. Sehingga kepada kekasih segala sesuatunya diserah. Akibatnya saat segala yang menurutnya terbaik sudah diperoleh darimu, terpikirlah mencoba menemukan yang lebih baik lagi karena belum ada ikatan pernikahan.
Baca Juga:Â Seseorang Wafat, Allah Tutup Aibnya
Sehebat apa pun dirimu membenci orang yang telah menghianatimu setidaknya dirinya pernah begitu berarti bagimu. Jadi untuk apa menjatuhkan martabatmu dengan cara membenci, mau sampai kapan dirimu jadi pesakitan cinta. Saatnya berbenah sebab bisa jadi akan dirimu temukan seseorang yang memberimu cinta lebih indah.
Menerima dengan cinta, melepaskan dengan cinta. Bukankah salah satu tujuan pecinta ialah membahagiakan orang yang dicintainya? Jika orang yang dirimu cintai sudah tidak menemukan kebahagiaan padamu lalu haruskah dirimu tetap menekan perasaannya padahal kalian belum menikah? Jadi cerdaslah menakar kadar kualitas hubungan, dari itu saat cinta datang padamu sambutlah dengan sukacita dan yakinkan pada pengulur cinta bahwa uluran cintanya terjabat erat penuh rindu, setia, kasih sayang apabila bersedia menyegerakan untuk berumah tangga.
Baca Juga:Â Si Buruk Rupa yang Jadi Rebutan Bidadari
Jika pengulur cinta tidak berani diajak menyempurnakan separuh agama, biarkan dia pergi sejauh mungkin dari kehidupanmu sebelum rasa cinta bertumbuh lebih besar. Karena ketegasanmu menentukan sikap di awal akan menjadi anugerah terbaik di akhir. Beranilah berujar, “Jika cinta mari menikah, jika sebatas suka pergilah, sebab yang membedakan cinta dan kesukaan ialah keberanian untuk menyempurnakan separuh agama sebagai jalan ibadah.” []