AS—Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) dilaporkan telah meminta Presiden AS Donald Trump untuk mendesak Israel mengizinkan Muslim masuk masjid Al-Aqsha. Trump juga diminta untuk menegakkan kebebasan beragama di Yerusalem, yang merupakan kota suci bagi tiga agama Samawi.
CAIR juga mendesak para pemimpin Muslim AS mendoakan perdamaian dan kebebasan di Yerusalem, IINA melaporkan pada Ahad (23/7/2017).
Pemerintah Israel baru-baru ini telah menutup kompleks Masjid Al-Aqsha bagi jemaah Muslim dan melarang shalat Jum’at untuk pertama kalinya sejak 50 tahun lalu. Awal pekan ini, tentara Israel melukai Imam Masjid Al-Aqsa Sheikh Ekrima Sabri, setelah dia berdoa dalam sebuah demonstrasi damai di luar gerbang tempat suci tersebut.
“Kami meminta Presiden Trump untuk melindungi kebebasan beragama di Yerusalem, yang mendapat ancaman dari Israel secara jangka panjang untuk mengubah Yerusalem menjadi kota Yahudi. AS perlu membela segala tindakan yang membatasi setiap orang yang beragama untuk beribadah. Hal ini penting bagi AS karena Israel telah membatasi kebebasan beragama dengan menggunakan kekuatan militer yang dibayar dari dana bantuan AS. Di mana biaya militer Israel ini sebagian berasal dari pajak warga AS yang disumbangkan pemerintah AS senilai miliaran dolar untuk ekonomi Israel setiap tahunnya,” ungkap Nihar Awad selaku Direktur Eksekutif Nasional CAIR.
“Selama berabad-abad di bawah kepemimpian Islam, situs suci Yahudi dan Kristen di Yerusalem tak pernah diganggu. Namun hari ini Israel justru melarang orang-orang Kristen dan Muslim dari tempat-tempat suci mereka sendiri. Karena kita rutin menyumbang dana ke Israel, negara kita memiliki hak untuk menuntut kebebasan beragama bagi anggota semua agama dilindungi di Yerusalem,” tambahnya.
CAIR adalah organisasi kebebasan sipil dan advokasi Muslim terbesar di AS. Misinya adalah untuk melindungi kebebasan sipil, memberdayakan Muslim AS dan membangun koalisi dengan pemerintah yang mempromosikan keadilan dan toleransi. []