TERTAWA bisa berpengaruh positif bagi kesehatan dan juga membantu kita merasa berenergi dan segar. Karena hal itu Nabi pun saat bertemu dengan keluarga dan mencandai istri-istrinya, senantiasa tersenyum dan tertawa. Namun tertawanya beliau dalam hal-hal yang berkaitan tak sampai terbuka mulutnya dan terlihat rahangnya, hanya saja terlihat gigi depannya.
Abul Laits meriwayatkan dengan sanadnya dari Ibn Umar r.a. berkata: “Pada suatu hari Nabi di riwayatkan pula bahwa ada nenek-nenek menemui Nabi SAW meminta di do’akan agar masuk surga. Lalu Nabi SAW berkata, “Nenek-nenek tidak akan masuk surga. ”Mendengar ucapan Nabi SAW nenek itu pun menangis, lalu Nabi SAW melanjutkan ucapannya, “Tidakkah kau mengetahui firman Allah SWT, ‘Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) secara langsung, dan kami jadikan mereka gadis-gadis perawan, penuh cinta dan sebaya umurnya.’” (al-waaqi’ah) (HR. Thabrani)
BACA JUGA: Rasulullah Membuktikan Kebenaran Isra Miraj
Candaan Nabi pun berkaitan dengan kebenaran, sehingga candanya pun mampu melapangkan hati mereka tanpa melukai hati orang lain. Jarir bin Abdillah Al-Bajali r.a berkata, “Saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW, melainkan senantiasa tersenyum di depanku.”
Dan diriwayatkan pula oleh sabdanya, “Jauhilah oleh kalian banyak tertawa, karena banyak tertawa dapat mematikan hati dan menghilangkan cahaya wajah” (HR. Ibnu Majah, dishahihkan oleh Al Albani). Syaikh Abdul Aziz Bin Baz juga berkata: “Sesungguhnya banyak bercanda dapat menjatuhkan wibawa, menjauhkan diri dari hikmah, menimbulkan kedengkian, mengeraskan hati dan membuat banyak tertawa yang melalaikan diri dari mengingat Allah.”
BACA JUGA: Doa Jibril untuk Orang yang Gemar Menghina Rasulullah
Tawa Nabi juga bagian dari bentuk ketaatan kepada Rabbnya, apabila tawa itu tidak menjadi sia-sia atau hanya membuang-buang waktu. Dari Anas bin Malik beliau berkata: Nabi SAW bersabda, “Ingatlah demi Allah yang jiwaku di tangannya andaikan kamu mengetahui sebagaimana yang aku ketahui niscaya kamu sedikit tertawa dan banyak menangis.” []
Sumber: Ka Annaka Tara/Penulis: Aidh Abdullah Al-Qarny/Penerbit Pt. Cakrawala Surya Prima