UMAT Islam di dunia seharusnya merasa gembira ketika datangnya bulan suci Ramadhan. Mereka berlomba-lomba mempersiapkan diri untuk menyambut bulan ini agar bisa beramal ibadah sebaik-baiknya. Namun ada juga orang yang mengaku beragama Islam namun biasa-biasa saja saat memasuki bulan Ramadhan.
Bagi orang yang iman dan ketakwaanya kuat, mengerjakan amalan wajib dan sunnah di bulan Ramadhan tentu merupakan suatu keharusan. Hal tersebut seperti dilakukan Syekh Mahmudul Hasan Rahmatullah alaih yang digelari Syekh negeri India.
BACA JUGA: Apa Hukum Puasa Sehari Sebelum Ramadhan karena Ragu?
Syekh Maulana Muhammad Zakariyya Al-Kandahlawi dalam kitabnya Fadhilah Amal mengisahkan, biasanya Syekh Mahmudul mengerjakan salat nafil setelah salat tarawih dan mendengarkan bacaan Alquran beberapa orang Hafiz secara bergantian hingga waktu Fajar.
Syekh Abdurrahim Raipuri Rahmatullah alaih sibuk membaca Alquran siang dan malam selama bulan Ramadhan, sehingga ia tidak sempat melakukan surat-menyurat atau menerima tamu. Para hakim dekatnya saja yang diizinkan sebentar menemuinya setelah shalat tarawih ketika minum satu atau dua cangkir teh susu.
Syekh Maulana Muhammad Zakaria mengatakan maksudnya menceritakan amalan para masyaikh dalam menghabiskan bulan Ramadhan ini, bukan sekedar untuk bahan bacaan atau menyebarkan cerita-cerita menarik. Akan tetapi bertujuan untuk mendorong kita agar mengikuti mereka sesuai kemampuan kita.
“Orang yang tidak terpaksa dengan pekerjaan dunia di bulan Ramadhan alangkah baiknya jika ia berusaha untuk bersungguh-sungguh dalam sebulan ini, setelah ia menyia-nyiakan masa 11 bulan,” katanya.
Katanya, bagi orang yang biasa bekerja di kantor, dari pukul 10.00 hingga pukul jam 16. 00 apa sulitnya jika pada bulan Ramadhan dari subuh sampai jam kerja, waktunya digunakan untuk membaca Alquran. Sebagaimana ketika ia sibuk dengan urusan kantor.
BACA JUGA: Ini 9 Kesalahan Umum saat Puasa Ramadhan
“Ternyata bisa juga meluangkan waktu untuk urusan dunia lainnya,” katanya.
Bagi yang sibuk di pertanian dan dia bukan seorang buruh, jelas tidak ada penghalang untuk membaca Alquran ketika bekerja di sawah. Ia bebas menggunakan waktu kerjanya. Sambil duduk-duduk ia dapat membaca Alquran. Demikian pula dengan pedagang pada bulan Ramadan setidaknya ia dapat mempersingkat jam kerjanya atau paling tidak menunggu dagangannya sambil membaca Alquran.
“Karena antara Ramadhan dan Alquran tidak bisa dipisahkan,” katanya. []
SUMBER: REPUBLIKA