HARUS diakui bahwa menjaga atau mempertahankan itu lebih sulit jika dibanding dengan menggapai atau memperolehnya, termasuk dalam urusan ibadah.
Salah satu kunci sukses ibadah adalah kesesuaian niat (hati), lisan dan perbuatan yang semata hanya untuk meraih ridha Allah. Untuk itu kita harus senantiasa menjaga rangkaian hati, lisan dan perbuatan tersebut dalam menyempurnakan ibadah.
Imam Al Ghazali menyebutkan ada banyak amalan yang dapat menjaga kebersihan hati, lisan, dan perbuatan kita, di antaranya:
1 Menyegerakan Ibadah Wajib
Ibadah wajib salah satunya sangat dibatasi oleh waktu seperti ibadah haji hanya berlaku di bulan haji saja, puasa Ramadhan hanya berlaku di bulan Ramadhan saja. Demikian dengan shalat wajib lima waktu. Untuk itu ketika sudah memasuki waktunya, khususnya wajib maka segera tunaikan, jangan dinanti-nanti.
BACA JUGA:Â 7 Wasiat Pembersih Hati
2 Memperbanyak ibadah sunnah
Hukum sunnah sendiri bermakna bila dikerjakan mendapat pahala dan ketika ditinggalkan tidak berdosa. Meski demikian bagi seorang yang tengah menuju tangga ketakwaan yang sempurna maka ibadah sunnah tidak adakan disepelekan.
3 Memperbanyak zikir
Imam Ghazali menjelaskan bahwa dzikir mengharuskan adanya rasa suka dan cinta kepada Allah Ta’ala. Maka tidak akan ada yang mengamalkannya kecuali jiwa yang dipenuhi rasa suka, dan cinta untuk selalu mengingat dan kembali kepada-Nya.
4 Tilawah Alquran
Setidaknya ada sepuluh amalan tilawah Alquran, yaitu:
- memahami keagungan dan firman Allah
- mengagungkan Allah
- kehadiran hati dan meninggalkan bisikan jiwa
- tadabbur
- tafahhum (memahami secara mendalam)
- meninggalkan hal-hal yang dapat menghalangi pemahaman
- takhshish (menyadari diri sebagai sasaran yang dituju setiap nash dalam Al Quran
- ta’atstsur (mengimbas ke dalam hati)
- taraqqi (meningkatkan pemahaman)
- tabarriy (melepaskan diri dari daya dan kekuatannya dan memandang kepada dirinya dengan pandangan rido dan tazkiyah).
5 Bergaul dalam lingkungan yang kondusif
Lingkungan yang kondusif maksudnya lingkungan yang senantiasa mengingatkan dengan kebaikan untuk menuju ketaqwaan Allah,bukan sebaliknya lingkungan yang penuh dengan kemaksiatan dan jauh dari rahmat Allah. Demikian juga dengan para penghuni leingkungan tersebut.
6 Mengingat kematian dan pendek angan-angan
Mengingat mati bukan berarti meminta kematian disegerakan, melainkan mempersiapkan bekal amal shalih setelah kematian menjemput. Hal ini karena kematian datangnya pasti kapan dan dimana pun berada namun waktunya yang tidak kita ketahui.
Sementara pendek angan-angan, kita tidak boleh banyak berandai-andai. “Andai jadi orang kaya akan banyak sedekah, andai sehat akan rajin ke masjid, dan sebagainya,” melainkan beramal shalih sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yang ada.
7 Menghindari riya
Memang perkara hati adalah perkara yang sangat sulit dijaga terutama masalah ikhlas. Seseorang bisa jadi mencari dunia bertopengkan agama, sedangkan agama menjadi korban untuk dunia. Atau sudah ikhlas di awal-awal beramal, akan tetapi di pertengahan amal bisa jadi niat tercampur riya’, dan ia tidak berusaha melawan riya tersebut. Orang yang riya’ pahala amalnya akan sia-sia dan tidak bernilai. Sebagaimana orang yang bersedekah, tetapi hanya mengharapkan pujian dari manusia sebagai orang yang dermawan.
BACA JUGA:Â Bersihkan Hati dengan Berzikir
8 Menghindari jalan masuk setan
Di antaranya dengan menghindari marah dan syahwat, tidak dengki dan tamak, tidak kenyang dengan makanan sekalipun halal dan bersih. Tidak terburu-buru tanpa mengonfirmasi persoalan, tidak mengumpul-kumpulkan segala macam harta kekayaan, tidak bakhil dan takut miskin.
Tidak fanatik terhadap mazhab dan hawa nafsu, tidak mendengki lawan dan melecehkannya, tidak buruk sangka terhadap kaum muslim, tidak mengikuti hawa nafsu, tidak sombong, tidak cinta kedudukan dan kepemimpinan, tidak musyrik dan riya’, dan tidak dengki.
Dalam hidup ini tidak ada yang patut diharapkan, tidak ada yang patut dituju, tidak ada yang dicintai di dunia dan di akhirat kecuali Allah. Jika seberat dzarrah dari segala amal selain mencintai Allah memasuki kalbu, maka seluruh ibadah menjadi rusak.
Karena itu bersihkanlah kembali niat dan tekad dengan hati, lisan, dan perbuatan untuk kemudian kembali lagi kepada Sang Maha Pencinta, Allah SWT. []
SUMBER: PERCIKAN IMAN