RIYA adalah salah satu perbuatan tercela dalam Islam. Riya termasuk syirik kecil yang wajib dijauhi setiap muslim.
Menurut bahasa, riya (الرياء) berasal dari kata الرؤية (ru’yah) yang artinya menampakkan. Secara umum Riya adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan atau menampakkan ibadah kepada orang lain dengan berharap pujian darinya.
Lawan dari riya adalah ikhlas. Sedangkan ikhlas artinya mengalir tanpa ada tujuan selain ridha Allah SWT.
BACA JUGA:Â Dosa Jariyah yang Sering Terlupakan
Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin, Ulama fiqih dan pakar hadis kelahiran Samarkan Uzbekistan, Imam Abu Laits As-Samarqandi (wafat 373 H) menukil perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib yang menyebutkan 4 tanda orang yang riya. Berikut tanda-tandanya:
- Malas jika bersendirian.
- Tangkas (semangat) jika di depan orang lain.
- Menambah amalnya jika dipuji.
- Mengurangi amalnya jika dicela.
Lantas, bagaimana agar terhindar dari riya?
Syaqiq bin Ibrahim berkata, “Benteng amal itu ada tiga yaitu (1) Merasa bahwa hidayah dan taufik itu datangnya dari Allah Ta’ala. (2) Berniat untuk mendapat ridha Allah agar dapat mematahkan hawa nafsu. (3) Mengharap pahala dari Allah untuk menghilangkan rasa tamak, rakus, riya’.
Dengan benteng di atas, maka amalan akan bernilai ikhlas karena Allah SWT. Setiap amal sejatinya memang hanya mengharap ridha Allah. Apabila amal mengharap ridha Allah, maka ia tidak peduli dengan pujian ataupun celaan orang.
Seorang Ahli Hikmah berkata, “Seharusnya seorang yang beramal itu belajar adab dari penggembala kambing.”
Ketika ditanya kenapa demikian? Jawabnya, “Penggembala itu jika sembahyang di tengah-tengah kambingnya, sekali-kali tidak mengharap pujian dari kambing-kambingnya. Demikianlah seorang yang beramal tidak perlu menghiraukan apakah dilihat orang atau tidak.”
BACA JUGA:Â 4 Tanda Orang Riya
Nah, untuk menyelamatkan amal agar tidak hangus karena riya, seseorang harus menyiapkan empat bekal berikut:
1 Ilmu Pengetahuan
Amal tanpa ilmu lebih banyak salah daripada benarnya.
2 Niat
Setiap amal tergantung pada niatnya sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW:
“Sesungguhnya amal perbuatan tergantung pada niat, dan sesungguhnya setiap orang akan mendapatkan sesuai dengan yang ia niatkan.”
3 Sabar
Supaya dapat melaksanakan amal itu dengan baik dan sempurna, thuma’ninah dan tidak terburu-buru.
4 Tulus (Ikhlas)
Sebab amal tidak akan diterima tanpa keikhlasan.
Imam Abu-Laits mengatakan, “Orang-orang berpendapat bahwa ketika mengerjakan amalan fardhu tidak dapat dimasuki riya karena sebuah kewajiban. Tetapi sebenarnya riya dapat saja masuk ke dalamnya. Jika ia melakukan ibadah fardhu karena sebab riya maka ia termasuk golongan munafik. Adapun orang-orang munafik itu berada dalam tingkat neraka terbawah.” []
SUMBER: SINDONEWS