BILA musibah menimpa, berikut empat kisah cara menyusun kenyataan pahit.
Rasulullah SAW bersabda, “setiap muslim yang ketika ditimpa musibah ia mengatakan, ‘innalillahi wa inna ilaihi rojiun (Sesungguhnya kami milik Allah SWT dan kami akan kembali kepadanya). Ya Allah, selamatkanlah aku dari musibahku ini dan gantilah dengan yang lebih maka Allah SWT akan menggantikan musibahnya dengan sesuatu yang lebih baik.” Ummu Salamah RA, Al Bukhari.
Cara Menyusun Kenyataan Pahit, Kisah: Abu Al Darda RA
Abu Al Darda RA menuturkan, “Putra nabi Sulaiman Ibnu Daud AS meninggal dunia sehingga beliau sangat sedih. Beliau didatangi oleh dua malaikat. Kedua malaikat itu duduk dihadapannya dengan tampang dua orang yang sedang berbersitegang.
Salah satu dari mereka berkata, “Saya telah menabur benih, belum sempat saya memanennya, tiba-tiba sudah di hempas kan angin topan.” Kemudian, nabi Sulaiman berkata kepada yang kedua, “Apa yang akan kamu katakan?” Malaikat yang kedua itu berkata, “Tanamanku sudah mulai menghijau. Kemudian saya mendatangi perkebunan ku. Saya menoleh ke kiri dan ke kanan, tiba-tiba telah dibukakan jalan untuknya.”
Nabi Sulaiman berkata, “Salah kamu sendiri, kenapa kamu menanam di pinggir jalan. Tidakkah kamu tahu, manusia itu butuh jalan?” Salah satu dari malaikat itu berkata kepada nabi Sulaiman AS, “Kamu sendiri kenapa merasa bersedih atas kematian putramu. Tidakkah kamu tahu, kematian itu jalan menuju akhirat?”
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa nabi Sulaiman AS bertaubat kepada Allah SWT dan tidak pernah lagi mengeluh atas kematian anaknya.
Dalam syair disebutkan:
Jika suatu hari zaman mendatangimu dengan satu musibah
Maka, kamu harus bersabar dan berlapang dada
Karena perubahan zaman itu terkadang aneh
Suatu hari kamu merasa senang dan pada hari lainnya kamu merasa susah
BACA JUGA:Â Muhasabah di Balik Musibah
Derajat surga yang paling tinggi adalah derajat orang-orang sabar. Setiap amal ada pahalanya dan pahalanya terbatas. Sementara, pahala bagi orang-orang yang sabar tidak terbatas. Sebagaimana ditegaskan dalam firman Allah SWT, “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS Az-Zumar: 10)
Cara Menyusun Kenyataan Pahit, Kisah: Abdullah Ibnu Abbas
Abdullah Ibnu Abbas meriwayatkan bahwa ketika ia diberitahukan mengenai kematian putranya, maka ia merasa sedih. Iya berkata, “Ini adalah aib yang telah Allah SWT tutupi dan anak adalah titipan Allah.” Kemudian, ia menyerahkan urusannya kepada Allah SWT.
Ia salat dua rakaat. Ia berkata, “Kami telah melakukan apa yang diperintahkan Allah SWT.” Sebagaimana yang ditegaskan dalam firmannya, “Ini Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan kepada Allah SWT dengan sabar dan mengerjakan salat, Sesungguhnya Allah SWT beserta orang-orang yang sabar.” (QS Al-Baqarah: 153)
Dalam syair disebutkan:
Kematian adalah tirai yang paling tersembunyi bagi anak perempuan
Penguburannya dapat melegakan dari hal-hal yang mulia
Tidakkah kamu melihat Allah SWT telah melapangkan mayat di sisi anak perempuan
Cara Menyusun Kenyataan Pahit, Kisah: Ibnu Al Mubarok
Ibnu Al Mubarok berkata, “Musibah itu sebenarnya satu. Jika orang yang tertimpa mengeluh, maka akan menjadi dua. Pertama, musibah itu sendiri dan kedua hilangnya pahala, yang kedua ini adalah musibah yang paling besar.”
Al Mubarok juga menuturkan bahwa putranya meninggal. Seorang majusi yang ikut bertakziah. Orang majusi itu berkata, “Apakah patut orang yang berakal melakukan seharian penuh apa yang dilakukan orang-orang bodoh setelah lima Hari berlalu?” Ibnu Al Mubarok berkata, “Tulislah perkataan orang majusi ini.”
BACA JUGA:Â Nikmat dan Musibah, Lebih Banyak Mana?
Cara Menyusun Kenyataan Pahit, Kisah: Wahab Ibnu Munabbih RA
Wahab Ibnu Munabbih RA berkata, “Saya menemukan empat kalimat dalam taurat yang sama dengan petunjuk dalam ayat-ayat Al-qur’an.
Pertama, orang yang membaca kitabullah, lalu ia mengira bahwa ia tidak akan diampuni, maka orang seperti ini termasuk orang yang melecehkan ayat Allah SWT.
Kedua, orang yang mengeluh atas suatu musibah yang menimpanya, maka seakan-akan ia mengeluhkan Tuhannya.
Ketiga, orang yang bersedih karena sesuatu yang tidak berhasil diraih, berarti ia telah marah dengan takdir dari Tuhannya.
Keempat, orang yang merendahkan diri kepada orang kaya, berarti orang seperti ini kurang keyakinannya.”
Karena itu, orang yang berakal sepatutnya tidak pernah melupakan keluarganya yang telah meninggal. Caranya dengan memberikan hadiah doa, kebaikan, dan bersedekah. Sebagaimana dikatakan oleh sebagian ulama salaf bahwa doa bagi orang yang mati sama seperti hadiah bagi orang yang hidup.
Hadiah tersebut akan dibawa oleh malaikat dan diberikan kepada si mayat. Hadiah itu dibawa dengan tempayan dari cahaya, yang di atasnya ada tirai penutup dari cahaya. Malaikat itu berkata, “Ini hadiah untukmu dari saudaramu yang bernama Si Fulan atau dari kerabatmu, atau dari yang lainnya.” Maka, si mayat akan merasa sangat bahagia sebagaimana orang hidup yang senang mendapatkan hadiah.”
Jika seseorang mendengar berita kematian saudaranya, lalu ia mendoakan agar orang yang meninggal mendapat rahmat dan ampunan dari Allah SWT, maka ia akan diberikan pahala seperti orang yang menyaksikan jenazah dan menyolatinya.” []
Sumber : Buku: Nasihat Langit untuk Maslahat di Bumi, Oleh: Syekh Abdul Hamid Al-Anquri (Ulama Abad ke-8)