SEORANG lelaki miskin datang pada Nabi. Ia membawa segenggam buah anggur untuk manusia teladan itu. Buah anggur itu dimaksudkan sebagai hadiah untuk Nabi. Dia kemudian menyimpan anggur di samping Nabi dan mengatakan, “Wahai Nabi, terimalah hadiah kecil ini dariku.”
Wajahnya berseri-seri dengan kebahagiaan saat ia menawarkan hadiah kecilnya itu. Jelas sekali bahwa ia sangat mencintai Nabi.
BACA JUGA: Aisyah Buat Rambut dan Jenggot Nabi Berkilau-kilau
Nabi SAW mengucapkan terima kasih dengan khidmat. Nabi mengambil satu buah anggur dan kemudian memakannya.
Para sahabat yang sedang bersamanya menatapnya penuh harap. Di luar dugaan semua orang, ketika anggur yang satu habis, Nabi kembali memakan anggur lainnya, tanpa menawarkannya kepada para sahabat.
Perlahan Nabi selesai makan anggur tersebut. Sendirian saja. Ia sama sekali tidak menawarkan anggur-anggur itu untuk siapa pun yang hadir.
Orang miskin yang membawa anggur itu sangat senang dan akhirnya pamit.
Namun, para sahabat Nabi yang bersamanya sebenarnya sedang bertanya-tanya. Biasanya Nabi akan membagi apapun kepada orang yang tengah bersamanya. Dia akan menawarkan mereka apa pun yang ia diberi dan mereka akan makan bersama-sama.
Biasanya ia akan mulai pertama, sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang telah memberinya hadiah. Namun setelah itu, dia akan menawarkan kepada orang lain.
Kali ini jelas berbeda. Tanpa menawarkan kepada siapa pun, Nabi memakan anggur-anggur itu sendiri.
Salah satu sahabat bertanya dengan hormat, “Wahai Rasulullah! Kenapa kaumakan semua buah anggur itu sendiriam dan sama sekali tidak menawarkan untuk salah satu dari kami?”
Nabi tersenyum dan berkata, “Aku makan semua buah anggur sendiri karena buah anggur itu masam.
BACA JUGA: Ketika Nabi dan Abu Bakar Singgah di Gua Tsur
“Jika aku akan menawarkannya kepada kalian, aku khawatir jika kalian memakannya, wajah kalian akan menampakkan ekspresi tidak suka pada buah anggur tersebut. Itu akan menyakiti perasaannya.
“Jadi kupikir, lebih baik aku makan semuanya dan menyenangkan si pemberi. Aku tidak ingin menyakiti perasaan orang yang miskin itu.” []
Sumber: Facebook Page Syeikh Dr Reda Bedeir, https://www.facebook.com/reda.bedeir. September 4, 2014)