Oleh: Slamet Muliono
Anggota Manajemen Penulis Indonesia
Dosen Fakultas Ushuluddin program studi Politik Islam UIN Sunan Ampel Surabaya
KEDATANGAN Belanda di Indonesia diawali oleh motif berdagang dan kemudian berbalik mengeksploitasi wilayah Indonesia yang memiliki sumberdaya alam yang luar biasa sementara Belanda merupakan salah di antara bangsa-bangsa Eropa yang memiliki sumberdaya alam yang sangat terbatas.
Perubahan orientasi dari motif ekonomi ke motif politik membuat perilaku mereka mengubah pola hubungan dengan negara yang dikuasainya.
Mereka begitu angkuh, rakus, dan tak memiliki belas kasihan terhadap rakyat Indonesia yang terkenal santun dan beradab. Belanda menguasai dan menjajah hampir seluruh wilayah di Indonesia sehingga membentuk perilaku yang menghinakan rakyat yang dijajah.
BACA JUGA: Jejak Penjajahan Prancis di Tanah Mesir
Perlawanan di berbagai wilayah di Indonesia tidak lain disebabkan oleh perilaku Belanda yang semena-mena dan di luar batas kemanusiaan.
Dengan kata lain, perilaku penjajah itu telah menumbuhkan semangat untuk melawan dan menumbangkannya. Maka disitulah muncul sejarah-sejarah perlawanan dan munculnya sekian banyak pahlawan yang muncul dari putera-putera Indonesia.
Namun perlawanan-perlawanan yang begitu gigih dari pahlawan-pahlawan lokal itu berhasil diredam Belanda dengan politik adu domba (devide et impera) di antara tokoh-tokoh lokal itu.
Dengan cara itulah Belanda bisa menjaga eksistensinya di wilayah-wilayah jajahannya. Belanda bisa bertahan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Banten, Cirebon, Jakarta, Makassar, Jawa Timur, Jawa Tengah, Maluku (Ternate, Tidore) dengan menyulut perang saudara di antara tokoh-tokoh lokal itu.
Kalau kita menengok sejarah pra kemerdekaan Indonesia, Belanda berhasil menguasai seluruh aset tanah Melayu dan tanah Jawa karena dia berhasil mengadu domba keluarga dalam (perseteruan internal), misalnya antara bapak-anak, mertua-menantu, kakek-anak, permaisuri-selir, putera mahkota-putera selir dan seterusnya.
Belanda melakukan politik belah bambu dengan memecah kekuatan lawan dengan membela yang memiliki kekuatan lemah. Tokoh yang memiliki kekuatan yang lemah kemudian dibantu dan disokong untuk dimenangkan dengan kompensasi wilayah atau kebebasan untuk melakukan perdagangan di wilayah itu.
Munculnya berbagai perlawanan dari tokoh-tokoh lokal itu tidak berhenti karena disokong oleh kesadaran bersama atas perilaku Belanda yang demikian eksploitatif dan jahat.
Munculnya nama-nama besar dan menjadi pahlawan nusantara seperti Sultan Agung Mataram, Sultan Iskandar Muda Mahkota Alam Aceh, Sultan Hasanuddin Makassar, Sultan Ageng Tirtayasa Banten, Putera Minangkabau, Trunijoyo Madura, Untung Surapati merupakan tokoh yang lahir karena spirit agama.
BACA JUGA: Inilah Cara Warga Palestina Hafal Alquran di Tengah Penjajahan Israel
Mereka terdorong untuk melakukan perlawanan karena ada spirit agama yang begitu kuat. Salah satu contoh adalah Trunojoyo oleh penduduk Madura dan Jawa Timur dipandang sebagai “Imam” perang sabil melawan Belanda yang merupakan representasi kaum Nasrani.
Hasanuddin Makassar demikian keras perlawanannya kepada Belanda setelah didorong oleh semangat berpegang teguh kepada agama Islam.Begitu pula Untung Suropati yang begitu gigih melawan Belanda setelah mengetahui dan mempelajari agama Islam dari kiai Embun.
Kalau kita melihat sejarah kemerdekaan Indonesia didorong oleh spirit para kiai lewat pendidikan agama kepada para santrinya dan berbasis di pesantren.
Hal itu bersinergi dengan para tokoh modernis yang tampil di panggung politik, seperti para tokoh Masjumi, Muhammadiyah, NU, Persis, Al-Irsyad dan sebagainya, yang mampu berkomunikasi dan menggerakkan umatnya untuk mengusir penjajah.
Surabaya dikenal sebagai kota pahlawan karena pada saat peristiwa 10 Nopember berhasil mengusir penjajah Belanda dengan dorongan pekikan “Allahu Akbar.” Kalimat takbir itu tidak lain bersumber dari ajaran Islam.
BACA JUGA: Muslim, Waspadai 4 Bentuk Penjajahan yang Jarang Disadari Ini
Tugas kita saat ini adalah menghidupkan kembali spirit agama untuk membela kepentingan bangsa Indonesia menuju bangsa yang benar-benar mereka dan berdaulat. Bukan tergantung dan tunduk pada kepentingan asing.
Spirit agamalah yang akan munculnya keadilan dan memecahkan problem kebangsaan yang demikian rumit dan sulit menemukan akar permasalahan. Tanpa spirit agama sulit berharap munculnya perjuangan-perjuangan yang begitu gigih sebagaimana yang telah dicontohkan oleh para pejuang pendahulu kita. []
Daftar Pustaka
Prof. Dr. Hamka, Sejarah Umat Islam, Singapura: Pustaka Nasional PTE LTD, cet ke 6, 2006
M.C. Ricklefs, Mengislamkan Jawa, Sejarah Islamaisasi di Jawa dan Penentangnya dari 1930 sampai Sekarang, Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2013