UMAR bin Khattab merendahkan dirinya dengan tujuan untuk menghilangkan perasaan sombong dan membanggakan diri karena beliau sangat menyadari akan kebesaran dirinya. Tidaklah mungkin seseorang yang memilih kekuatan jiwa, dapat menjadi orang yang merasa dirinya kecil tanpa ada sebab apapun.
Dari sini, maka dapat disimpulkan bahwa Umar akan merendahkan dirinya dalam hal-hal yang dapat menimbulkan kesombongan. Oleh karena itu, beliau menolak untuk menaiki kuda gagah sebagai tanda kemenangan ketika akan memasuki Syam.
BACA JUGA: Umar bin Khattab dan Sarung Tambalannya
Ketika orang-orang mengkritik perbuatannya itu, beliau berseru kepada mereka, “Biarkan untaku berjalan! Karena sesungguhnya perintah berasal dari sana -sambil mengisyaratkan ke langit.”
Setiap kali orang-orang disekelilingnya (terutama keluarganya) merasa bangga dengan kekuasaannya, maka beliau akan melarangnya dengan menggunakan sindiran.
Pada suatu hari beliau berkata kepada sahabat-sahabatnya ketika mereka sedang berjalan-jalan di sebuah jalan dekat Makkah,
“Aku masih melihat diriku di jalan ini sedang mengembalakan ternak keluarga Khaththab. Masa itu adalah masa yang sangat sulit dalam hidupku, dan sekarang aku menjadi orang nomor satu.”
Mendengar perkataan itu, anaknya bertanya,”Apa yang membuatmu berkata demikian, wahai Mukmin?”
Maka beliau meniawab, “Ayahmu sedang membanggakan dirinya, maka aku ingin menghilangkan perasaan itu.”
Demikian pula, ketika beliau bersujud dengan khusyu’ sebagai rasa syukur kepada Allah setelah perintahnya untuk memindahkan batu dari dekat kota Mekkah dipatuhi oleh Abu Sufyan.
BACA JUGA: Umar bin Khattab Sangat Sibuk, di Mana Aku Bisa Menemuinya?
Perbuatannya itu adalah sebagai rasa syukur kepada Allah yang telah memberikan kekuatan kepadanya untuk memberi perintah kepada Abu Sufyan dan telah menjadikan Abu Sufyan mernatuhi perintahnya.
Hal seperti ini bukanlah perbuatan merendahkan diri yang menunjukan kekerdilan pribadi seseorang, akan tetapi justru kekuatan dan rasa percaya diri. []
Sumber: Kejeniusan Umar/ Penulis: Abbas Mahmud AL Akkad/ Penerbit: Pustaka Azzam, 2002