JAKARTA–Duta Besar Rusia Mikhail Galuzin dan Duta Besar Iran Valiollah Mohammadi diundang Muhammadiyah dalam diskusi soal situasi terkini Suriah di Pusat Dakwah Muhammadiyah pada Rabu (26/4/2017).
Muhyiddin Junaidi, Ketua Lembaga Hubungan dan Kerja Sama Internasional (LHKI) PP Muhammadiyah menuturkan, fokus diskusi adalah untuk mengetahui situasi terkini Suriah. Terutama, usai serangan bom kimia yang dilakukan rezim Bashar al-Ashad dan serangan balasan Amerika ke pangkalan militer Suriah.
“Indonesia akan berusaha jadi inisiator perdamaian dan berusaha netral, serta berada di tengah sebagai mediator,” kata Kiai Muhyiddin, dilansir Republika, Rabu (26/4/2017).
Sebagai salah satu organisasi Islam tertua di Indonesia, Kiai Muhidin merasa, Muhammadiyah akan terus mencari solusi dari konflik dan krisis yang tidak berhenti di Suriah. Karenanya, ia menilai penting mendatangkan perwakilan dari Rusia dan Iran, yang memang terkait erat dengan situasi di Suriah.
BACA JUGA:
Rusia Tuduh Amerika Ubah Suriah Jadi Tempat Latihan Teroris
Erdogan: Sebelum Perdamaian Terwujud, Turki akan Terus Beroperasi di Irak dan Suriah
Ketika Blogger Rusia Minta Putin Hapus Suriah dari Peta Dunia
Kiai Muhyiddin mengungkap, diskusi ini sebenarnya turut mengundang Duta Besar AS untuk Indonesia, demi melihat dua sisi pandangan situasi di Suriah. Sayangnya, hingga detik terakhir diskusi belum ada jawaban yang dikeluarkan Kedutaan Besar AS, dan tentu diskusi harus dilanjutkan dengan atau tanpa AS.
“Sebab, saat kita membaca berita dari media-media terkadang tidak dari dua sisi,” ucap Kiai Muhyiddin.
Karena itu, meski ini jadi yang pertama, PP Muhammadiyah akan melanjutkan menggelar diskusi serupa di bulan-bulan selanjutnya, setidaknya tiap beberapa bulan sekali.
“Kita memimpikan perdamaian terwujud di dunia, makanya setidaknya kita akan gelar diskusi ini setiap tiga bulan sekali, kita hadirkan duta besar dari negara-negara di dunia, baik Muslim atau non-Muslim,” pungkas Kiai Muhyiddin. []