Oleh: Rahmat Saputra
jeparahanif@gmail.com
SERING dengar kata carper dan baper? Ya. Dua kata itu sering kali diarahkan ke anak muda yang bisa disebut sebagai masa pencarian jati diri. Masa yang harus banyak dibimbing agar terarah dengan baik.
Kalau diilihat dari maknanya, ternyata carper dan baper bisa mengena siapa saja lo. Bukan saja untuk anak muda. Kita pun yang akan, dan sudah dewasa bisa kena. Iya, serius.
Sudah tidak asing dua kata itu kalau sebenarnya kata singkatan. Carper: cari perhatian. Baper: bawa perasaan. Biasa kita nilai dua kata tersebut ditujukan hal yang negatif. Misalkan, “anak laki itu carper sama perempuan disampingnya.” Atau, “Perempuan itu langsung baper setelah melihat foto teman dengan pacarnya”.
Tetapi sebenarnya carper dan baper bisa diubah menjadi hal positif. Tidak selalu dinilai jelek dan buruk. Caranya tinggal kita setting cara berpikir kita, bahwa carper dan baper bukan hanya perkara dunia saja. Tapi perkara yang akan abadi, akhirat.
Rugi dong kalau setiap harinya melulu hanya perkara dunia. Terus akhirat dikemanakan? Padahal kalau akherat dilibatkan pada setiap rutinitas, pahala akan terus mengalirkan ke kita.
Contoh carper untuk akherat, atau bahasa mudahnya carper Lillah, adalah dengan mencari perhatian Allah ketika shalat dan ibadah lainnya. Loh, kenapa cari perhatian ke Allah, padahal Dia kan Maha Melihat? Walaupun kita gak ada niatan carper pun Dia tetap memperhatikan kita, kan?
Gini bro, sis, carper itu harus terus diurus kayak tanaman. Biar kita itu sibuk membenahi niatan kita dalam ibadah. Karena kalau tidak menjaga carper kepada Allah, nanti carpernya sangat mungkin pindah kepada selain Allah. Bisa dinilai sendiri, kalau carper sudah kepada selain Allah, akibatnya pahala ibadah akan habis. Nah lo.
Dan juga saat kita ibadah shalat, misalnya, tidak lantas syetan diam. Berputus asa kalau mangsanya ternyata sudah taat. Justru syetan tetap masih mengganggu dengan gencar. Dia mampu melencengkan niat seseorang dengan cara memanfaatkan keadaan. misal, ternyata di sekitar orang shalat tadi ada calon mertua. Langsung niatnya buyar. Awalnya untuk Allah tiba-tiba shalatnya karena ada calon mertua. Maka itulah perlunya carper Lillah, agar tidak melenceng ditengah ibadah.
Contoh baper Lillah, yaitu mudah tersinggung dalam arti positif saat membaca nasehat dari buku atau kutipan kata nasehat dari sebuah tulisan di sosmed. Hatinya gampang membandingan dirinya dengan apa yang dibaca. Misalkan saat membuka facebook, tidak sengaja melihat gambar yang didalamnya terdapat nasehat singkat, “Orang hidup akan mati, jadilah orang yang berarti”.
Setelah membaca tulisan singkat itu, rasanya seperti tertembak. Kemudian timbullah pertanyaan pada diri sendiri. “Apa hidup saya sudah berarti, minimal untuk sendiri, terlebih orang lain? Karena kalau ajal datang, pasti saya bakal mati.”
Renungan itulah sebagai buah dari baper. Orang yang baper Lillah kepekaan hatinya besar. Mudah sensitif dari sesuatu yang menarik perasaannya terhadap kebaikan.
Banyak contoh carper dan baper Lillah yang digambarkan Al-Qur’an.
Salah satunya mengenai sifat-sifat orang mukmin. Orang mukmin itu kalau sedang mengingat Allah hati mereka akan meleleh, tunduk dan patuh. Ketika dibacakan ayat-ayat Allah keimanan mereka bertambah.
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah iman mereka (karenanya),” ( QS. Al-Anfal: 2)
Contoh aplikasinya adalah sekelumit dari kehidupan Abu Bakar Asy-Syiddiq. Salah seorang sahabat Rosul yang hatinya benar-benar lembut. Setiap bertemu ayat yang menerangkan tentang neraka dan adzab, pasti menangis tersedu-sedu. Perasaannya tidak kuat untuk ditahan. Bisa dikatakan tingkat bapernya sangat tinggi.
Pernah ada salah seorang ulama besar, zaman tabiut tabi’in melakukan sebuah safar. Di malam hari tengah istirahat, salah satu lampu didekatnya mati. Setelah dihidupkan kembali oleh temannya, ternyata jenggot ulama ini sudah dibasahi air mata. Setelah ditanya kenapa dia menangis, sebabnya adalah merasa khawatir, kondisi gelap yang barusan terjadi akan sama saat di alam kubur nanti. Gelap dan mencekam.
Baper dengan keadaan sekitar begitu tinggi. Cepat tersinggung dan menghubungkan kondisinya nanti setelah mati. Padahal bagi manusia biasa, keadaan gelap hanya karena tidak diterangi lampu.
Contoh dari carper Lillah, kehidupan salah seorang cicit Rosulullah, Yaitu Zainal Abidin. Sebelumnya, tak ada satupun dari masyarakat mengetahui kalau dia biasa membawa karung-karung gandum setiap malam untuk diberikan kepada fakir miskin. Setelah meninggal, barulah semuanya tahu.
Kenapa bisa tahu? Sebab terdapat bekas lebam di punggungnya. Setelah kematiannya pun, karung-karung gandung yang biasa diletakkan di pintu fakir miskin sudah tidak ada lagi.
Dia sengaja mengantar gandum pada malam hari agar rakyatnya tidak ada yang tahu. Biarlah Allah yang menilai sedekahnya. Baginya, manusia tak layak menilai amalannya.
Jiwa dari carper Lillah membentuk kuat dalam kehidupan. Tidak besar hati tatkala dipuji dan tidak merasa hina saat dicaci. Tak ada pengaruh, baik Ibadah dikala ramai maupun sepi. Pandangan manusia tidak membuat ibadah menjadi kendur, dan omongan mereka tidak membuat langkah berubah mundur. Karena orang yang carper Lillah telah sibuk mencari pengakuan dari Allah. Bukan kepada makhluk. Sebab hatinya telah sadar, yang memberi pahala bukan manusia. Tapi Dialah Sang Maha Pencipta.
Ayo, jangan khawatir dibilang baper dan carper kalau itu memang Lillah, untuk Allah. Bisa jadi, carper dan baper kita kepada Allah membuat kwalitas ibadah kita dimata-Nya menjadi semakin baik. []