BILAMANA kau besar nanti, Ibumu berharap kau akan membaca catatan hati ini :
Anakku, Al-Quran adalah petunjuk hidup bagi umat manusia. Ibu mengajarkanmu agar engkau hafal Quran, lalu setelah kau hafal, jika suatu hari nanti kau diminta menjadi Imam Shalat Tarawih, janganlah meminta bayaran yang ingin kau terima. Sungguh ini amat menyakitkan bagi ibumu. Bukan Anakku, sekali lagi bukan begitu. Sungguh Al-Quran adalah pedoman hidup umat manusia, ajarkan secara ikhlas kepada mereka.
Anakku, jika kelak ibu mengajarkan kau untuk tanamkan agar berjenggot panjang, memakai celana cingkrang, berjilbab lebar bahkan bercadar dengan tujuan menjalankan syariat islam dengan benar. Maka lakukanlah secara istiqomah, sebab bukanlah tidak mungkin jika suatu hari penampilanmu itu akan dihina dan diejek mereka habis-habisan, sehingga membuatmu marah. Bahkan tak jarang kemarahanmu ingin kau membalas mereka hingga mereka tersakiti karena balas dendammu, sahabatmu terabaikan, dan lingkunganmu tak merasakan kemanfaatan dirimu. Maka munculah Islamophobia. Sungguh anakku, bukan, sekali lagi bukan begitu.
Rasulullah solallohua’laihi wassalam dihina dimaki oleh seorang buta Yahudi, tapi apa yang beliau balas kepada orang yang menghinanya? Baginda malah menyuapinya setiap hari. Maka seperti itulah anakku sikapmu kepada mereka. Kau harus sabar dan balaslah keburukan mereka dengan kebaikan dirimu.
Jika kau kelak sekolah tinggi di luar negeri, tiba-tiba kau mengagungkan kehebatan otakmu, hingga kau berdebat dengan semua orang tentang kehebatanmu sebagai manusia yang sempurna dengan kemampuan akalnya, seolah-olah akal adalah segala-galanya. Namun ketika kumandang adzan terdengar oleh telinga, anehnya otak pusat analisa pendengaranmu tak bekerja, sehingga tak ada perintah dari otak ke syaraf motorik agar tubuhnya bergerak mengambil air wudlu lalu segera shalat tepat waktu. Sungguh, bukan sekali lagi bukan begitu anakku.
Ibu hendak menanamkan dalam diri kau bahwa Islam adalah rahmat bagi seluruh alam. Al-quran dijadikan pedoman dengan mempelajari makna yang terkandung didalamnya bukan sekadar hapal saja. Jadikanlah Rasulullah sebagai suri tauladan yang menebarkan kebaikan dengan Aqidah tertanam kuat dalam dirimu. Otakmu adalah ciptaan Allah yang harus dimanfaatkan dan dibangun seimbang agar tetap sesuai dengan aturan-Nya.
Begitulah anakku, suara hati ibumu…Semoga kau kelak bisa menjadi orang yang bermanfaat untuk lingkungan dan agamamu. Amiin []