BENCANA alam berupa tsunami di Indonesia telah terjadi sejak tahun 416. Badan sains Amerika Serikat (AS), National Oceanic Atmospheric Administration (NOAA) mencatat, bahwa ada 246 kejadian tsunami, sejak tahun 416 hingga 2018 di Indonesia.
Menurut pakar paleotsunami, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, LIPI, Eko Yulianto, kawasan selatan Jawa menyimpan sejarah tsunami sejak berabad lampau. Dalam risetnya di Lebak, Banten, deposit yang diduga bekas tempat terjadinya tsunami menunjukkan usia 331 tahun dan 293 tahun, atau tsunami terjadi pada 1685 dan 1723.
“Dengan angka toleransi 24 tahun, deposit itu diperkirakan berasal dari gempa yang memicu tsunami pada 5 januari 1699, yang tercatat dalam katalog Wichman,” terang Eko.
BACA JUGA: BNPB: Sekira 5.000 Orang Hilang Akibat Gempa dan Tsunami Sulteng
Di kawasan selatan Jawa hingga hingga Bali terdapat lapisan sedimen yang diduga bekas tsunami dari waktu yang berbeda. Semuanya bermuara dengan interval perulangan setiap 675 tahun.
Peristiwa itu tercatat dalam katalog berjudul Arthur Wichmann’s Die Erdbeben Des Indischen Archipels atau Gempa Bumi di Kepulauan Hindia Belanda. Katalog ini mencatat cerita 61 gempa bumi dan 36 tsunami di Indonesia antara tahun 1538 hingga 1877.
Katalog Wichmaan itu mencatat kejadian gempa bumi pada 1699. Menurut katalog tersebut, pada 5 Januari 1699, gempa bumi besar terjadi di Jawa barat, sebagian wilayah barat dan selatan Sumatera.
Akibatnya, longsor di bagian utara Gunung Gede dan Gunung Salak, hingga longsoran yang menyebabkan banjir besar. Sementara di Jakarta, lumpur dan kayu mengalir lewat Sungai Ciliwung.
Kendati tak ada penjelasan khusus sola tsunami, catatan gempa tahun 1699 itulah yang jadi pedoman Eko memulai risetnya.
“Jejak Geologi digunakan bukan untuk mengetahui seberapa jauh tsunami menerjang daratan, atau seberapa tinggi gelombangnya, itu sulit, namun data ini membantu tim modelling tsunami,” kata Eko.
Sementara itu, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Rahmat Triyono mengungkapkan, Indonesia memiliki 18.000 skenario tsunami. 90 persen tsunami yang terjadi, diakibatkan gempa yang terjadi di laut.
Hal serupa diungkapkan peneliti Geofisika Kelautan, P2O, LIPI, Nugroho Dwi Hananto.
“Laut sama halnya dengan daratan, dasar laut itu tak rata, besarnya gelombang dan kedalaman tertentu bisa mempengaruhi tsunami,” kata Nugroho.
Dalam catatan badan sains Amerika, NOAA, tsunami yang tercatat pertama kali pada tahun 416, terjadi di sekitar Laut Jawa.
Kemudian pada 1608 hingga 1690 tsunami terjadi sebanyak 13 kali. Terdapat lebih dari 2000 korban meninggal. Tsunami yang tercata di sekitar laut Banda pada 1674, ketinggian gelombangnya hingga 100 meter. Ini jadi salah satu tsunami terdahsyat yang pernah terjadi di Indonesia.
Tsunami juga merenggut 1200 korban jiwa di Bali pada 1815, dengan skala gempa saat itu berkekuatan 7,0 pada skala Richter.
BACA JUGA: BNPB: Gempa Susulan di Sulteng Capai 437 Kali
Tak hanya gempa, erupsi Gunung Krakatau juga pernah menyebabkan tsunami. Setidaknya lebih dari 30.000 orang meninggal pada 1883 karena tsunami setinggi 41 meter.
Tsunami selanjutnya yang disebabkan oleh erupsi Gunung Krakatau terjadi pada 1930. Menurut data NOAA, ketinggian gelombang pada saat itu mencapai 500 meter.
Rentetan tsunami terus terjadi. Di Tahun 1990-an, tsunami menerjang Flores dengan skala magnitudo 7,8. Ketinggian gelombang kala itu mencapai 26 meter. 1169 jiwa menjadi korbannya.
Pada tahun 2004, tsunami mahadahsyat terjadi di Aceh. Tinggi gelombang mencapai 50 meter. Korban tewas akibat tsunami ini mencapai 120.000 jiwa.
Pada 2014, tsunami juga terjadi di Kepulauan Maluku, ketinggian gelombang antara 0,3 meter sampai sekitar satu meter dipicu gempa bumi berkekuatan dengan kekuatan 7,1 pada skala Richter.
Pada 2016, di pesisir barat Sumatera, tsunami dipicu oleh gempa bumi berkekuatan 7,8, kedua tsunami itu tidak menyebabkan korban jiwa, maupun kerugian material.
Pada 2018, tsunami melanda Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, ketinggian gelombang yang tercatat di pusat data NOAA mencapai 11 meter, dengan korban jiwa lebih dari 2 ribu orang. Hingga saat ini diperkirakan masih ada ribuan jenazah yang terkubur dan belum dapat dievakuasi. []
SUMBER: BBC