ALLAH SWT berfirman dalam Alquran:
“Setiap makluk yang bernyawa pasti akan mati.”
Kematian adalah sebuah kepastian yang akan dialami oleh setiap makhluk hidup, termasuk manusia. Namun, siapa manusia yang bisa mengetahui pasti kapan dan dimana serta dalam keadaan apa dirinya menemui ajal atau kematian?
BACA JUGA: Sesal Sebelum Ajal, Hidup untuk Berbekal
Muhammad ibn Hammad mengatakan, “Ada sebuah pohon di bawah Arasy yang tidak ada makhluk padanya melainkan memiliki daun; jika ada daun seorang hamba jatuh, keluarlah nyawa dari jasadnya. Itulah makna firman Allah Swt:
“Tidak ada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya.” (QSAl An’am: 59).
Tak ada yang tahu tentang kematian itu kecuali Allah. Hanya saja ada beberapa riwayat dalam hadis yang menjelaskan informasi tentang hal ini.
Berikut ini beberapa hadis tersebut:
Pertama, dari Abu Hurairah ra. Dia menceritakan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda, “Ajal itu diputuskan dari bulan Sya’ban ke bulan Sya’ban, sampai seseorang menikah dan mempunyai anak, sementara namanya keluar dalam senarai orang-orang yang meninggal.” (HR Ad Dailami)
Hadis tersebut diriwayatkan pula oleh Ibn Abi Ad Dunya dan ibn Jarir melalui Az Zuhri yang bersumber dari Uthman ibn Mughirah ibn Akhnas sebagai hadis marfu; serta Ibn Hatim dari Ibn Abbas.
Kedua, hadis dari Aisyah ra, yang diriwayatkan Abu Ya’la dengan sanad dihasankan al Mundziri. Aisyah ra berkata, “Nabi Saw berpuasa di sepanjang bulan Sya’ban. Lalu aku bertanya mengenai hal itu. Beliau menjawab, ‘Sesungguhnya Allah menetapkan setiap jiwa akan mati pada tahun itu. Aku ingin ajalku datang kepadaku, sementara aku dalam keadaan puasa.'”
Ketiga, Hadis nabi yang diriwayatkan dari Rasyid ibn Sa’ad. Nabi bersabda, “Pada malam pertengahan bulan Sya’ban, Allah mewahyukan kepada malaikat maut untuk mencabut nyawa yang akan dicabut pada tahun itu.” (HR Ad Dainuri dalam al Mujalasah)
Selain hadis, informasi tersebut juga diperoleh dari perkataan sahabat dan tabi’in.
Ibnu Ad Dunya meriwayatkan bahwa Ata ibn Yasar berkata, “Pada malam pertengahan bulan Sya’ban, diserahkan kepada malaikat maut buku catatan. Lalu dikatakan, ‘Cabutlah nyawa orang yang ada dalam catatan ini.’ Sesungguhnya seorang hamba akan menanam tanaman, menikahi wanita dan mendirikan bangunan sementara namanya telah dihapus dari daftar orang-orang yang dimatikan.”
Umar pelayan Ghafrah mengatakan, “Dihapuskan dari malaikat maut seorang yang meninggal pada Lailatul Qadar. Lalu ada lelaki menikahi banyak wanita dan menanam banyak tanaman, sementara namanya berada dalam daftar orang-orang yang dimatikan.” (HR Ibn Jarir)
Ibn Abi Dunya dan al Hakim dalam al Mustadrak juga menuturkan riwayat dari Uqbah ibn Amir as Sahabi ra. Dia berkata, “Yang pertama kali mengetahui kematian seorang hamba adalah malaikat penjaga, karena dia yang membawa naik amal perbuatannya dan membawa turun reekinya. Jika malaikat penjaga itu tidak keluar membawa rezeki untuknya, berarti dia mengetahui bahwa orang itu telah meninggal.”
Nah, itulah beberapa keterangan terkait kematian. Rupanya di sana disebutkan pula tentang bulan Sya’ban yang dekat sekali waktunya dengan bulan Ramadhan.
BACA JUGA: Penyesalan Sya’ban RA di Penghujung Hayatnya
Tak ada seorang pun yang tahu apakah seseorang yang telah mengecap hidup di bulan Rajab atau Sya’ban bisa sampai ke bulan Ramadhan.
Tak heran sebelum memasuki Ramadhan, ada doa yang sering dipanjatkan, yakni “Allahumma baarik lanaa fii Rajab wa Sya’ban wa ballignaa Ramadhan.” Artinya, “Ya Allah, berkahilah kami di bulan Rajab dan Sya’ban, serta sampaikanlah kami pada bulan Ramadhan.” []
Sumber: Ziarah Ke Alam Barzakh/ Karya: al-Imam Jalaluddin as-Suyuti/ Penerbit: Inteam Publishing/ Tahun: 2012