MU’AWIYYAH bin Abi Sufyan yang ketika itu baru menerima kebeneran (memeluk Islam), bertanya pada Rasulullah, “Ya Rasulullah, aku baru dari masa jahiliyah dan Allah telah mendatangkan Islam, engkau tidak marah jika aku menanyakan persoalan yang aku tidak mengerti hukumnya?”.
Rasulullah pun menjawabnya dengan penuh keramahan, “Tak ada celaan bagimu, wahai Mu’awiyah. Bertanyalah maka akan kujawab.”
BACA JUGA: Sering Berzina, Bagaimana Saya Bertaubat?
“Ya Rasulullah, sesungguhnya dahulu di antara kami ada orang-orang yang mendatangi dukun yang mengaku bisa mengetahui isi dan sesuatu yang tersembunyi dalam hati, bisa meramalkan masa depan dan juga mengabarkan kesamaran di masa silam.” ujar Mu’awiyah.
Rasulullah menjawab, “Mereka pendusta. Mereka meminta bantuan jin dan suka membuat kebohongan. Jangan datangi mereka! Hanya Allah yang mengetahui segala sesuatu yang gaib.”
Mu’awiyah pun melanjutkan, “Di antara kami juga ada yang meyakini kesialan. Jika ingin melakukan sesuatu, mereka merasa akan bernasib sial. Jika seseorang pergi menuju arah kanan, ia merasa lancar segala urusannya. Jika seseorang menuju arah kiri, ia akan dihadapkan persoalan yang rumit.”
BACA JUGA: Banyak Sedekah tapi Lalai Menafkahi Keluarga, Bagaimana?
Rasulullah menegaskan untuk meneguhkan hati Mu’awiyah, “Kesialan itu adalah sesuatu yang mereka dapatkan dalam hati mereka. Karena itu, jangalah menganggap kesialan itu menghalangi mereka, hai Mu’awiyah. Teruskanlah apa yang sudah menjadi tekadmu, semua kebaikan cepat atau lambat itu datangnya dari Allah. Mintalah petunjuk dan bertakwalah kepada-Nya. Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal.” []
Sumber: Abdul-Wahhab bin Nasir Ath-Thariri. 1435 H. Al-Yaum An-Nabawi, Agenda Harian Rasulullah ﷺ. Jakarta: as@-prima pustaka.