SOSOKNYA rupawan dan pemberani. Pada usianya yang sangat belia ia sudah menunjukkan kedewasaan berpikirnya. Misalnya, ketika Rasulullah saw. turun dari Gua Hira untuk kali kedua dan menerima lima ayat pertama Surat Al-Muddatstsir, saat itu Ali bin Abi Thalib datang menemuinya.
Rasulullah saw segera mengajaknya untuk beriman kepada Allah Yang Esa, mengagungkan-Nya, menghindari penyembahan berhala, serta menyucikan diri, pakaian, dan perbuatan dari segala kotoran dan dosa.
BACA JUGA: Ketika Ali Bin Abi Thalib Bekerja pada Orang Yahudi
Ali bin Abi Thalib langsung tertarik dengan ajakan kebenaran yang dibawa sepupunya ini. Padahal, saat itu ia baru berusia sepuluh tahun. Ali berkata, “Baiklah, aku akan meminta izin ayahku dulu.”
Rasulullah SAW mengangguk dan mempersilakan.
Namun, hanya selang beberapa detik Ali kembali kepada Rasulullah SAW, “Cepat sekali engkau menemui ayahmu, wahai Ali!” tanya Rasulullah.
Ali menjawab, “Wahai Rasulullah, Allah saja tidak meminta izin kepada ayahku untuk menciptakanku, mengapa aku harus meminta izin ayahku untuk urusan akhiratku?”
BACA JUGA: Nikmat Karunia Allah untuk Ali bin Abi Thalib
Kemudian Ali mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai bukti keimanannya. Rasulullah saw dan Khadijah, istri yang beliau cintai, begitu senang melihat kecerdasan dan keberanian Ali. Begitu juga, Ali sangat bangga dengan pernyataan keimanannya sehingga ia berkata, “Kudahului kalian semua dalam memeluk Islam, aku masih kanak-kanak dan belum balig saat itu.” []