ADA banyak tokoh yang mengagumkan dan menginspirasi dari dunia literasi. Salah satunya Rina Rinz, founder RinzMedia LovRinz Publishing, sebuah percetakan dan penerbit yang berlokasi di Cirebon.
Saat ini berbagai program literasi sedang gendar-gencarnya digalakan oleh pemerintah. Pada pelaksanaannya tentu tak lepas dari peran serta masyarakat dan aktivis serta tokoh dunia literasi, termasuk penulis dan penerbit.
Rina Rinz sendiri bercerita bahwa dirinya suka menulis sejak kecil. Dia sering mengirimkan tulisan ke media cetak, dan beberapa kali diterbitkan walau media cetak lokal. Hal itu membuatnya semakin mencintai dunia literasi.
“Sejak kecil saya suka menulis, bercerita dan lebih banyak berkhayal. Punya daya imajinasi yang cukup itu mungkin yang membuat saya betah mempunyai hobi menulis,” kata Rina.
BACA JUGA: Kisah Rina Rinz Temukan ‘Diri’ hingga Raih Keimanan dan Kesuksesan Karier
Dia mengaku sempat berhenti sejenak dari dunia menulis ketika menjadi ibu rumah tangga.
“Namun, tak butuh waktu panjang, kesibukan saya menjadi ibu rumah tangga ternyata membuat saya rindu menulis. Banyak rasa dalam hati yang ingin saya ungkapkan. Akhirnya saya kembali masuk ke sebuah komunitas menulis di Facebook,” kata Rina.
Berhasil mencetak karya dalam bentuk novel dan antologi, Rina Rinz dan suaminya, Dani, kemudian mengembangkan bisnis dengan merambah dunia penerbitan buku.
“Sejak bergabung di sebuah komunitas menulis, saya jadi lebih banyak menghabiskan waktu untuk menulis. Dan akhirnya memutuskan untuk mengambil peluang yang lumayan waktu itu bisa jadi impian masa depan,” kata Rina.
Berdirilah Lovrinz pada 19 September 2014, di Malang.
“Waktu itu ada seorang sahabat menawarkan jasa untuk membuat CV, sebagai syarat untuk bisa mengajukan ISBN ke perpusnas. Saya yang hanya ibu rumah tangga, merayu suami untuk mengikhlaskan gajinya sebesar 500rb untuk bikin CV. Singkat cerita, kami bisa membuat CV dengan nama RinMedia dan membuka LovRinz Publishing,” ungkap Rina Rinz.
Uniknya, pada awal pendiriannya, semua kegiatannya dikerjakan dari ruang kamar, dan karyawannya pun hanya dua orang, yakni Rina Rinz sendiri dan suaminya, Dani. Meski demikian, Rina memiliki motivasi yang besar terhadap bisnisnya.
“Motivasi awal saya mendirikan penerbit, itu karena ada kekecewaan ketika menerbitkan buku secara indie. Proses yang lama, biaya yang mahal dan hasil yang kurang memuaskan, membuat saya ingin mendirikan penerbit sendiri. Saya ingin mempunyai sesuatu dari tulis menulis,” kata Rina rinz.
BACA JUGA: 7 Manfaat Membaca Buku dalam Islam
“Sejak menikah saya berhenti kerja kantoran. Melihat suami banting tulang, besar keinginan saya memiliki penghasilan sendiri dari menulis. Seringnya ditolak di penerbit mayor, menjadikan diri ini dendam. Satu-satunya yang bisa memenuhi impian saya punya penghasilan dari rumah dan sesuai dengan passion saya adalah membuat penerbitan yang tidak akan menolak karya saya. Jadilah LovRinz,” lanjutnya.
Rina Rinz mengaku, seiring berjalannya waktu, visi misi usaha penerbitan ini bertumbuh.
“Ada satu poin penting yang membuat saya makin termotivasi untuk membuat Penerbit LovRinz makin berkembang. Poin itu adalah keinginan besar untuk berbagi kebermanfaatan untuk para penulis indie di Indonesia,” tegas Rina Rinz.
Menurut dia, telah banyak suka duka yang dilalui selama merintis karier dan mengembangkan usaha penerbitan.
“Kalau dikisahkan tentu banyak sekali cerita yang beragam tentang suka duka dalam membangun usaha,” kata Rina.
Dia pun bercerita panjang lebar tentang hal itu.
“Sejak menikah, terutama sejak saya menjadi mualaf, saya banyak belajar tentang arti bersyukur. Inilah yang membuat saya makin teguh, apa pun yang terjadi selama menjalankan usaha penerbitan ini adalah proses pembelajaran tiada henti. Segala kejadian, baik dan tidak baik, adalah ujian naik kelas. Bukan hal mudah memulai semua dari awal. Saya dari latar belakang yang berbeda dengan suami, bagai bayi baru lahir ketika menapaki sebuah kehidupan pernikahan yang juga sekaligus kehidupan usaha. Karena usaha ini adalah usaha kami berdua, maka dalam keadaan apa pun, suka duka itu harus diawali dengan ucapan syukur, apalagi suami selalu sabar menghadapi saya yang kerap suka mengeluh. Beliau menunjukkan arti sebuah kebesaran hati terhadap segala persoalan yang menghampiri, dan rasa percaya penuh pada Allah, apa pun yang terjadi adalah yang terbaik dari Allah,” tutur Rina Rinz.
Meski terbilang cepat dalam proses pendiriannya, usaha penerbitan ini dibangun benar-benar tanpa modal, selain 500 ribu untuk membuat akta notaris.
“Kami berdua benar-benar ingin menjalani usaha dengan benar. Saat tawaran datang untuk membesarkan usaha dengan utang ke bank, kami tidak memilih jalan itu. Usaha ini akan tumbuh dan berkembang sewajarnya,” ungkap Rina.
BACA JUGA: Siapa K.H. As’ad Humam, Kakek di Balik Sampul Buku Iqro?
Tidak selalu mulus, kendala pun sempat dialami Rina Rinz. Usahanya sempat terjatuh karena kerugian cetak yang nyaris menghabiskan separuh keuntungan. Namun, itu tidak menyurutkan langkahnya untuk terus mengembangkan penerbitan yang berkualitas.
“Tahun 2018 akhir, usaha kami melebarkan sayap, bukan hanya penerbitan, tapi juga membuka percetakan. Ini benar-benar luar biasa melebihi apa yang kami impikan. Mesin-mesin yang nilainya tak kecil mulai mengisi ruang-ruang di rumah kami. 2021, kami sudah menambah tempat untuk kantor LovRinz, karena semakin penuh dan selalu bertambah baik peralatan juga sumber daya manusia yang ada di dalamnya,” tutur Rina Rinz.
Dia pun berharap, LovRinz bukan hanya dikenal sebagai penerbit dan percetakan semata.
“Kami ingin tumbuh sebagai sahabat, partner terbaik bagi seluruh penulis dan mitra para penerbit di Indonesia, bukan tidak mungkin menjadi media partner kelas dunia. Kami tidak berhenti belajar untuk memberikan pelayanan terbaik, memenuhi keinginan penulis dan penerbit, juga sebagai solusi atas semua persoalan yang dihadapi di dunia literasi,” tegas Rina.
Saat ini Rina juga sedang membangun platform kepenulisan yang akan menjadi wadah para penulis menuangkan karyanya. Dia juga berharap, usaha penerbitan yang dirintisnya bisa tumbuh dan berkembang bersama penulis.
“Dengan menulis, kita bisa mengubah peradaban dunia menjadi lebih baik dan menjadi berkah untuk semua,” pungkasnya. []