MALAK SHALABI (23), muslimah berhijab yang baru menyelesaikan kuliah di Fakultas Hukum University of Washington, Amerika Serikat, menjadi wisudawan berhijab pertama sepanjang sejarah kampusnya.
Selama menempuh pendidikannya di University of Washington, Malak Shalabi tetep mempertahankan identitasnya sebagai seorang Muslimah. Hal itu nyata ia tunjukan dengan meraih prestasi dengan dan tetap patuh dengan perintah agama.
Pertama kali masuk sebagai mahasiswa hukum Universitas Washington, kata Malak Shalabi, begitu banyak orang mengamati caranya berbusana dengan mengenakan hijab. Bahkan hingga wisuda pun masih tetap menjadi perhatian karena mengenakan hijab.
“Tak banyak orang Muslim. Sepanjang tahun saya tak melihat satu pun lulusan hukum yang berhijab. Semacam itu momen untuk saya,” kata Shalabi.
BACA JUGA:Â Inilah Nadhira Afifa, Mahasiswi Berhijab Asal Indonesia yang Sampaikan Pidato di Acara Wisuda Harvard
Wanita berusia 23 tahun itu berada di antara 170 mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Washington yang lulus 2021. Ia menjadi wanita pertama yang mengenakan jilbab saat upacara kelulusan.
Fotonya mengenakan jilbab di antara banyak mahasiswa lainnya terpampang di perpustakaan kampus. Setelah dikonfirmasi, Shalabi adalah satu-satunya mahasiswi Muslim yang memakai jilbab ketika wisuda.
https://www.facebook.com/permalink.php?story_fbid=1475544229476598&id=100010631042326
Bagi Shalabi, menjadi wanita Muslim di tengah komunitas yang berbeda tak membuatnya berkecil hati. Ia justru mampu meraih banyak prestasi. Dengan komitmennya yang kuat dalam menjalani masa studinya bertahun-tahun, Shalabi mampu meraih impiannya sebagai profesional hukum.
Melansir laman Seattle Times, disebutkan Malak Shalabi mempunyai gaya berbusananya lengkap dengan mengenakan jilbab sebagai simbol keimanannya. Namun bagi orang yang tak memahami soal itu, dia dianggap aneh. Bahkan lebih dari itu, Â orang mengira Shalabi bukan lahir di Amerika Serikat.
BACA JUGA:Â Kisah Haru di Hari wisuda, Seorang Ayah Minta Pakai Toga Putranya
Nyatanya, Shalabi adalah Muslimah yang lahir dan besar di Houston, Amerika Serikat. Dia  mengaku seringa mendapat perlakuan diskriminasi karena busana muslim yang dikenakannya.
“Saya memakai jilbab sebagai pemahaman tentang perintah agama. Saya yakin itu pasti membimbing seluruh praktik kehidupan saya,” kata dia.
Dikisahkannya, Ibunda Malak Shalabi bernama Nidaa Hamzah pada awal 1990-an ketika Perang Teluk pecah, Hamzah pindah dari Kuwait ke keluarganya di AS. Kala itu, Nidaa yang masih remaja akhirnya memilih tinggal di AS. Nidaa pun menjadi seorang dokter gigi. Sebagai wanita Muslim, Nidaa membuat keputusan untuk konsisten mengenakan jilbab.
Shalabi adalah anak tertua dari lima bersaudara. Ketika kecil, Shalabi mengenyam pendidikan di sekolah Islam swasta di Houston. Di sana, ia merasa terhormat dan dikelilingi banyak guru dan teman yang bangga padanya.
BACA JUGA:Â Ayah Hadiri Wisuda, Gantikan Putrinya yang Meninggal setelah Raih IPK 3,9
Namun ketika ia beralih ke sekolah umum, suasananya berubah. Banyak teman justru mengucilkannya. Ketika masih sekolah menengah, Shalabi sempat mengisi aktivitas dengan seni musik, yakni bermain drum. Ia juga senang bermain skateboard.
Shalabi belajar banyak tentang revolusi dari orang-orang yang pernah mengalaminya. Kini ia pun berpikir tentang tujuan hidupnya sebagai seorang wanita Muslim di Amerika.
Shalabi berkomitmen mengenakan jilbab. Dia bahkan mengirimkan e-mail pada teman-temannya agar mengetahuinya.
Hamzah, ibunya, berbicara panjang lebar tentang pentingnya membesarkan anak-anaknya, terutama putri-putrinya, untuk mandiri; Shalabi menunjuk ibunya sebagai sumber kekuatan dan inspirasinya yang paling kuat, seseorang yang mengajarinya untuk melihat dunia melalui lensa kasih sayang. []
SUMBER: SEATTLE TIMES